Ibarat tak berhasil membasmi tikus-tikus di lumbung padi, meskipun telah membumihanguskan satu kota dan membantai penduduknya. Sehingga demi menutupi gengsinya, sekarang mengalihkan mata dunia ke Rafah. Sebab tikus-tikus tak berhasil juga mereka tangkap, maka mereka akan menyalurkan kemarahannya dengan beralih sasaran dengan membumihanguskan wilayahnya.
Rafah akan sangat mudah dikuasai apabila ide memindahkan penghuninya ke  sebuah lokasi, yang disebut Israel sebagai pulau impian berhasil dilakukan. Saat warga Palestina telah terlokalisir di sana, namun tiba-tiba memilki keinginan kembali ke negaranya, maka itu tidak mudah. Sebab mereka harus berhadapan dengan tentara Amerika yang standby menjaga dan mengawasi di pelabuhan, yang sebelumnya mereka sebut sebagai pelabuhan sementara untuk menyalurkan bantuan makanan bagi pengungsi. Sebuah taktik imperialisme tipu-tipu sejak dahulu kala.
Keinginan membentuk negara Palestina merdeka yang diprakarsai negara-negara Arab tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Israel. Namun pemrakarsa pembentukan bukan hanya negara Arab, namun juga negara-negara barat dan sekutunya. Sekali lagi, tentu saja mereka tidak akan melakukan semua itu bila tidak ada faktor keuntungan bagi sekutunya. Sehingga tidak mengherankan bila Jerman mengusulkan terbentuknya Palestina merdeka namun tidak boleh memiliki tentara.
Sebuah persetujuan negara merdeka yang ambigu. Ketika sebuah negara tak memiliki kekuatan militer, apalagi sudah pernah babak belur sebagai negara yang terjajah. Tentu saja jelas hanya bertujuan membentuk negara boneka, negara pura-pura, yang tentu saja mudah didikte oleh pihak lain yang berkepentingan, terutama bekas penjajahnya.
Dan tentu saja israel akan tetap berkepentingan sampai kapanpun. Bila selama ini polisi Palestina terlihat melempem sehingga diperlakukan semaunya oleh negara Zionis tersebut. Banding terbalik dengan Hamas, sebuah kekuatan militer tersembunyi dari Palestina yang jelas sangat ditakuti oleh Israel
Semangat perjuangan yang membabibuta akibat dijajah dan dirampas hak-haknya selama sekian waktu oleh Israel. Telah membuat Hamas ibarat singa garang yang haus darah kemerdekaan. Mereka telah terbiasa dibohongi, disakiti, dirampas hak -haknya, hingga berubah menjadi kekuatan patut diperhitungkan.
Melihat kenekatan Hamas, tentu saja Israel dan sekutu-sekutunya tak rela. Cap sebagai teroris sudah pasti disematkan, sebab dianggap mengganggu kenyamanan dan cita-cita Israel dalam menjajah.
Ketika Hamas dicap sebagai teroris, berarti yang memberi label sudah pasti adalah negara baik dan penjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia, Tapi yakinkah Israel sebagai sebuah negara baik, bila ternyata:
- Selama sekian waktu selalu membangun-pemukiman pemukiman baru untuk warganya dengan cara merampas tanah dan rumah warga Palestina.
- Berdarah dingin membantai hampir 31 ribu warga Palestina  Meskipun banyak anak-anak dan wanita yang menjadi korban, namun sikap Israel tak bergeming sedikitpun.
- Menghalangi bantuan makanan untuk pengungsi Palestina, menjadikan kelaparan sebagai hukuman, hukuman untuk Hamas namun banyak menyengsarakan warga sipil sebab mengakibatkan anak-anak Palestina kelaparan dan kekurangan gizi akut.
- Memenjarakan dan menganiaya anak-anak Palestina. Kabar terbaru menyebut ditemukannya jasad anak-anak Palestina yang diberondong peluru oleh tentara Israel, serta bocah empat tahun yang menderita luka parah karena sengaja dibiarkan diserang  oleh anjing galak IDF.
- Melindas jasad pemuda Palestina yang telah meninggal, bahkan membongkar kuburan warga Palestina demi mencuri organ-organ tubuhnya unuk dijual. Bila sudah demikian, yakinkah tentara Israel masih manusia, sebab kejahatannya melebihi kengerian zombie.
Patut menjadi catatan, alibinya adalah memburu dan membasmi Hamas. Yakin Hamas atau Palestina? Atau jangan-jangan Hamas hanya menjadi sebuah kamuflase agar Israel dapat dengan leluasa dan mudah dalam melakukan genosida terhadap warga Palestina.
Ketika satu orang psikopat sudah sangat membahayakan. Maka akan lebih mengerikan ketika mereka berkelompok, memiliki senjata, dan bebas berlaku semaunya, Sebab lembaga internasional tak dapat bertindak lebih jauh.Â
Lalu siapa yang mampu menghadapi kumpulan orang psikopat bersenjata yang bertindak atas nama sebuah negara ini? Kini sedang ditunggu, negara super hero yang mampu membuat pemimpin Israel tekuk lutut tak berdaya, menyadari perilakunya yang telah melampaui batas nilai kemanusiaan dan hati nurani. Lalu benar-benar tobat, bukan pura-pura.