Pengungsi Palestina di Rafah yang lemah kelaparan harus dipaksa berhadapan dengan tentara IDF yang siap tempur, bersenjata lengkap dengan peralatan tempur berbasis Artificial Intelegency (AI) alias kecerdasan buatan
Israel mengklaim menemukan teroowngan Hamas di bawah bangunan markas UNRWA  (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East)  di jalur Gaza. Meskipun belum dapat ditelusuri kebenarannya sebagaimana penemuan penemuannya terdahulu, tapi jelas hal tersebut  bertujuan sebagai pembenaran atas klaim sepihak sebelumnya, yang menuduh anggota UNRWA berafiliasi dengan Hamas dalam serangan 7 Oktober.
Beragam klaim sepihak Israel memang kerap dilakukan oleh negara zionis ini. Sebagai sebuah propaganda, tentu saja dunia kini memahami maksud terselubung di dalamnya. Yakni mempengaruhi opini publik, terlepas dari benar tidaknya klaim tersebut.
Serangan ke Rafah pengalihan kekalahan di Gaza
Nama besar Israel telah tercoreng-moreng akibat kelakuan tentara IDFnya yang mendapat perintah langsung dari Perdana Menteri berdarah dingin Benjamin Netanyahu.
Julukan berdarah dingin tampaknya patut disematkan, sebab kekejaman yang dilakukan terhadap warga Palestina sudah melampaui batas kemanusiaan dalam sejarah peradaban manusia. Hanya demi memburu Hamas, 28 ribu nyawa warga sipil dikorbankan. Sehingga membuat otak waras berpikir keras, ini sebuah tindakan hebat kemenangan perang karena telah banyak nyawa berjatuhan dari pihak lawan, atau justru tindakan idiot dalam perang karena mayoritas korban tewas adalah warga sipil?Â
Hingga kemudian Israel melalui perintah PM nya yang dianggap maha agung Netanyahu memperluas serangan ke wilayah Rafah. Akibatnya korban jiwa warga sipil kembali berjatuhan setelah dibombardir pesawat tempur zionis.
Serangan ke Rafah jelas menunjukakan keputusasaan Israel dalam menghadapi Hamas. Mereka beranggapan Hamas bersembunyi di Rafah, sehingga serangan diarahkan ke kantong pengungsi tersebut.
Dunia tak habis pikir dengan strategi perang Israel yang tidak karuan. Negara zionis in dengan mudah dan seenaknya menpermainkan nyawa dan kehidupan warga sipil. Sebab sebelumnya, justru Israel lah yang memaksa warga Gaza mengungsi ke Rafah, sehingga dianggap steril dari penyerangan. Namun setelah warga Palestina patuh mengungsi di sana meskipun dalam kondisi kelaparan dan memprihatinkan. Kini kembali akan diusir menuju lokasi yang lain.
Bagi akal orang waras, hal tersebut jelas tak manusiawi. Nyawa manusia seakan dipermainkan dan tak ada harganya. Sehingga wajar bila beberapa orang pengungsi Gaza yang tinggal di kandang ayam sempat menyebut hidup mereka lebih rendah dari hewan. Sebab hewan saja memperoleh pasokan makanan, sementara mereka, pasokan makanan pun dihalang halangi oleh tentara Israel dan warganya.
Konvensi Genosida dibuat mandul?
Kekejaman Israel yang sama sekali tidak menghormati hak hidup warga Palestina jelas melanggar hak asasi manusia (HAM), mempermainkan Konvensi Genosida, juga mengacak-acak Hukum Perang Internasional.
Dan bukan hal mengejutkan lagi. Ketika segala macam tingkah polahnya terindikasi pelanggaran. maka dengan cepat, negara zionis ini melalui tentaranya mencari cari banyak bukti serta propaganda untuk membenarkannya.
Serangan Israel ke Rafah jelas mengacak-acak hukum perang internasional. Dengan makin banyaknya nyawa warga sipil yang berjatuhan, kian menunjukkan bahwa tujuan perang Israel sesungguhnya adalah memusnahkan wara Palestina, jelas mempermainkan Konvensi Genosida.
Setelah sebelumnya truk bantuan UNRWA ditembaki dan ditabrak oleh Israel. Yang dilanjutkan kemudian oleh warganya yang joget jejingkrakan tidak karuan demi menghalangi truk-truk bantuan kemanusiaan masuk ke lokasi pengungsian. Kini dunia disuguhkan kembali dengan siap congkak Israel menyerang Rafah yang penuh dengan jutaan pengungsi.
Warga Gaza terkonsentrasi di Rafah, sebab tak ada tempat lagi yang aman di Gaza. Bahkan pemaksaan konsentrasi itu dilakuan sendiri oleh Israel. Jika kini Israel menyerbu dan membombardir, jelas menunjukkan upaya genosida yang kian kentara, pemusnahan warga Palestina tanpa sisa.
Bagaimana mungkin pengungsi Palestina di Rafah yang lemah kelaparan, harus dipaksa berhadapan dengan tentara IDF yang siap tempur, bersenjata lengkap dengan peralatan tempur yang kabarnya memakai kecerdasan Artificial Intelegency (AI) alias kecerdasan buatan. Benar-benar kebiadaban manusia modern abad ini!
Dengan alasan memburu Hamas, toh terbukti tetap warga sipil yang menjadi korban. Jelas menunjukkan ketidakbecusan tentara Israel dalam memilah dan memilih. Serangan yan berpindah ke Rafah hanya sebuah kamuflase demi menutupi ketidakmampuannya IDF menumpas Hamas di Gaza. Sebab tak ada gaung kemenagan tentara zionis di sana, yang ada justru puluhan tentara yang bergelimpangan terluka atau tewas hilir mudik dievakuasi oleh helikopter.
Bahkan ribuan tentara Israel yang balik kampung, justru pulang dengan cacat permanen dan kondisi kejiwaannya yang berantakan. Hingga bertingkah seperti orang tidak waras, bahkan menembaki rekannya sendiri. Demi menutupi hal memalukan tersebut, maka tak ada cara lain, harus ada pengalihan isu dengan penyerangan ke wilayah Rafah.
Dan entah ulah apa lagi yang akan dilakukan tentara IDF di Rafah. Tampaknya sudah bisa ditebak, mungkin tidak beda jauh seperti kelakuannya brutalnya di Gaza. Membombardir tempat pengungsian, menangkap dan menyiksa warga sipil tak berdosa dengan klaim menangkap Hamas. Menembaki wanita, bayi, dan anak anak tanpa rasa bersalah. Lalu terang-terangan mengklaim kemenagannya sebab telah banyak menghilangkan nyawa.
Jika hal di atas terjadi lagi. Maka sudah tak dapat diragukan lagi, bahwa memang genosida sebagai tujuan akhir yang diinginkan negara zionis ini. Seakan melupakan holocaust yang pernah menimpa warganya di masa silam. Kini justru zionis mengadaptasi perilaku Neonazi tanpa gas, dengan cara membombardir dan membiarkan warga sipil mati perlahan di reruntuhan ataupun tenda-tenda pengungsian.
Israel kian menunjukkan sifat bebal. Hanya demi memburu Hamas, sampai mengorbankan puluhan ribu nyawa warga sipil. Bukan hanya wanita, orang lanjut usia, anak-anak, bayi prematur, bahkan kambing menjadi tumbalnya. Hanya demi memburu Hamas!?! Kenyataan atau sekedar alasan?
Jelas patut dicatat dalam sejarah sebagai tragedi kemanusiaan paling memalukan, Telah mengorbankan 28 Â ribu nyawa warga sipil, namun Hamas tak tertangkap, apalagi musnah. Opo gak ngisin-ngisini lur?
Ibarat menangkap tikus, lumbung padi telah dibakar, bahkan rumahpun dibakar, penghuni rumah luka dan tewas bergelimpangan, tapi tikusnya tidak kunjung tertangkap, tetap ada, dan tidak musnah. Ini yang goblok manusia apa tikusnya ya? Mari tanyakan pada rumput yang bergoyang.
By the way...... sebetulnya apa tujuan hilangnya puluhan ribu nyawa warga sipil itu? Untuk memusnahkan Hamas atau untuk memusnahkan warga Palestina? Mari pura-pura berpikir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H