Banyaknya wanita yang memilih hamil tanpa  menikah, atau pun menikah namun bukan dengan ayah biologis bayinya. Benarkah pengabaian  nilai moral?
Di zaman sekarang tampaknya akan sangat merugikan sekali bila seorang wanita hanya sibuk berkasih mesra dengan seorang pria, namun ternyata tak jelas hubungannya mau dibawa kemana.Â
Hubungan yang tak jelas bagi seorang wanita jelas memiliki konsekuensi kerugian beragam. Misal kesulitan dalam meminta pertanggungjawaban ketika terjadi segala sesuatu saat hubungan telah meredup. Apalagi bila terjadi resiko kehamilan, maka si wanita harus siap menanggungnya sendiri, karena dari segi ketimuran yang masih menjunjung tinggi norma-norma, terjadinya kehamilan di luar nikah dianggap aib sebab bertentangan dengan nilai moral.
Tetapi adakalanya sebagian wanita memilih jalan aman dengan pemakaian alat kontrasepsi dan sejenisnya. Hal tersebut dipilih karena beranggapan ia memiliki hak penuh atas tubuhnya. Namun semua itu juga bukan tanpa risiko.Â
Risiko Perilaku bebas tanpa batas
Risiko yang terjadi biasanya kembali hanya ditanggung sendiri oleh si wanita. Hal tersebut menjadi pengecualian, bila lelaki yang menjadi pasangannya bersedia bertanggungjawab dan seratus persen mencintainya. Namun di zaman serba pura-pura seperti sekarang ini, hal tersebut tak sepenuhnya dapat terjadi. Ibarat peribahasa, mereka yang telah terikat dalam ikatan pernikahan saja seringkali ditinggalkan begitu saja oleh pasangannya, apatah lagi bagi yang belum.
Memang, saat ini sudah bukan zamannya lagi wanita lemah begitu saja dan menjadi korban. Sehingga justru kerap kita dengar, lelakilah yang sering menjadi korban penipuan asmara palsu dari wanita..Namun dalam tulisan kali ini kita tidak akan membahas tentang "cewek matre" tapi kita akan fokus ke wanita yang baik- baik saja.
Di zaman wanita serba independent seperti sekarang ini, acapkali segala macam aturan moral diabaikan begitu saja. Sebagai gantinya akhirnya dipilihlah perilaku bebas tanpa batas ala budaya barat, sebab dianggap sebagai sebuah cerminan kebebasan dalam berpikir, berpendapat, dan berperilaku.Â
Akibatnya, para wanita yang telah mengadopsi budaya barat tersebut secara sukarela keluar dari pakem-pakem. Sehingga tanpa ragu berpandangan bahwa dalam menempuh suatu hubungan asmara, terkadang merasa tak perlu harus terikat dalam sebuah ikatan suci pernikahan.
Bank sperma dan single parent
Kesakralan pernikahan telah diruntuhkan oleh beragam fasilitas kemudahan yang telah dipropagandakan oleh budaya barat. Bukan hanya kemudahan untuk freesex tanpa resiko, tapi juga program kehamilan yang kerap disebut bayi tabung namun dengan memakai donasi dari sel sperma pria lain.
Memang bila ditinjau dari segi duniawi dan penelitian, hal ini dirasa akan menguntungkan. Sebab selain telah mengetahui asal-usul pemiliknya dari bank sperma, klien sebagai konsumen tentunya juga akan memilih bibit terbaik sesuai kata hatinya.
Tetapi namanya program ciptaan manusia yang "sok tahu" bukannya tanpa kesalahan dan kekurangan. Sebab ternyata marak beredar kabar banyaknya sel sperma yang missinjektion. Akibatnya, seorang wanita yang menginginkan bayi kulit putih justru mendapatkan kelahiran bayi kulit hitam, karena kesalahan prosedur dari bank sperma.Â
Bahkan meski tanpa kesalahan prosedur pun, hal tersebut tetap berisiko membuat riwayat garis keturunan kacau-balau. Sebab tidak menutup kemungkinan sepasang pria wanita saling menyukai, padahal setelah ditelusuri, ternyata mereka berasal dari keturunan sel sperma yang sama. Secara ilmiah sudah jelas kromosom DNA yang terlalu dekat dapat membuat keturunan berikutnya mengalami kecacatan sel.
Seandainya pun si wanita hanya hamil di luar nikah dengan pria impiannya, dan berkehendak menjadi single parent, hal ini juga tetap memiliki risiko.Â
Risiko pertama yang harus dihadapi adalah perbuatan yang akan dipertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan kelak. Sedangkan risiko kedua adalah kesiapan dalam menghadapi penderitaan dan kesakitan di saat kehamilan dan melahirkan.
Ketika seorang wanita memilih hamil tanpa menikah, berarti banyak konsekwensi yang harus dihadapi. Disamping kesiapan mental merasakan keluhan kehamilan dan nyerinya persalinan sendirian. Juga harus mempersiapkan materi untuk masa depan bayinya di masa datang.
Selain konsekwensi single parent di atas, terdapat juga  sebagian wanita yang justru menjebak pria demi mau menikahinya, padahal pria tersebut bukan ayah biologis dari anak yang dikandungnya. Meski keduanya memiliki perbedaan pilihan, namun memiliki satu titik kesamaan, yakni pengabaian nilai moral.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H