Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ciri-Ciri Pemilih Cerdas, Artis Cuma Modal Tampang Tak Bakal Laku

30 Mei 2023   19:22 Diperbarui: 30 Mei 2023   19:32 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi masyarakat yang kurang memahami politik, menjatuhkan pilihan suara dengan hanya sekedar familiar wajah sudah jamak terjadi akibatnya banyak artis terpilih menjadi wakil rakyat tapi tanpa tahu aspirasi yang diwakilinya

Familiar terhadap wajah dapat terjadi melalui tontonan sinetron, film, atau layar kaca yang dikonsumsi masyarakat setiap hari. Apalagi bila sosok tersebut memerankan tokoh yang menguras air mata akibat dibulli oleh tokoh antagonis, maka sudah bisa ditebak, bila kemudian sosok tersebut dalam pemilihan caleg menjadi pemenangnya.

Memang kita tak bisa menyalahkan begitu saja terhadap pilihan tersebut. Sebab tak semua lapisan masyarakat menerima pendidikan politik atau memahami politik secara mendalam. Terutama lapisan akar rumput, yang biasanya hanya memahami politik ala kadarnya. 

Hal ini bertolak belakang dengan realitas di lapangan, yang menunjukkan bahwa meskipun pemahaman politik nol, namun justru di akar rumput inilah yang menjadi kekuatan kemenangan terbesar, karena sikap mereka yang sangat solid.

Keadaan masyarakat yang kurang memahami politik inilah yang kemudian menjadi sasaran empuk bagi Menteri dan Artis Nyaleg. 

Hal ini tentu saja dapat dipahami, sebab bagi masyarakat yang kurang melek politik, biasanya kurang menghargai hak suaranya. Berbeda dengan mereka yang cerdas poltik, tentu saja tidak akan sembarangan memberikan suara, sebab bagi mereka, nilai sebuah suara sangat mahal. 

Pilihan efek jangka panjang

Mereka yang melek politik selalu berpikir bahwa suara yang diberikan dapat membuat kehidupan caleg berlimpah materi dan jabatan. Sementara si pemberi suara tidak memperoleh apa-apa. 

Karena merasa tidak akan ikut menikmati itulah, yang membuat para pemilih cerdas berpikir kritis. Mereka tidak akan dapat menikmati apa-apa jika hanya sekedar memberi suara, sehingga mereka betul-betul berpikir ketika menjatuhkan pilihannya.

Hasil yang dinantikan para pemilih cerdas bukan hanya saat itu saja, tapi mereka mengharapkan efek jangka panjang. Kebijakan politik yang dihasilkan itulah yang kemudian menjadi kepentingan paling dicari sebab manfaatnya bukan hanya jangka pendek seperti serangan fajar.

Seandainya semua pemilih berpikiran seperti pemilih cerdas ini, maka bisa ditebak bila para  artis yang hanya modal tampang dan adegan pura-pura di sinetron atau film tidak akan laku. Sebab telah banyak bukti menunjukkan, bila sebagian besar artis yang terpilih menjadi caleg kurang memahami dunia politik.

Ketika yang dipilih gagal paham politik, apalagi bila hanya sekedar dasar negara saja tidak tahu urut-urutannya, maka sudah jelas jelas gawat darurat. Bagaimana kelka menyuarakan aspirasi pemilihnya? Apa yang bisa diharapkan dari wakil rakyat seperti itu? 

Sebagai rakyat biasa, tentu saja memilih wakil rakyat adalah untuk mwakili aspirasinya. Ketika wakil yang dipilih tak dapat mewakili suara publik, lalu untuk apa dipilih?

Kita sering melihat wong cilik yang demo karena uring-uringan melihat wakilnya di gedung perwakilan tidak dapat menyuarakan aspirasi, atau malah justru membebek dengan keputusan yang dirasa tidak merakyat. 

Dengan berkaca dari hal tersebut, akhirnya menimbulkan pertanyaan, siapa yang salah pilih? Seperti apa dulunya saat memilih, memilih berdasar apa? Sudahkah menelisiknya secara luar dalam?

Ciri-ciri pemilih cerdas

Salah pilih jelas membuahkan penyesalan. Apalagi setelah yang terpilih akan menduduki posisi bukan hanya dalam hitungan minggu atau bulan. Sehingga harus betul-betul dipikirkan mendalam, sebab bila tidak maka harus menunggu bertahun-tahun kembali ketika aspirasi yang diinginkan mampet.

Bahkan untuk pileg yang setara menteri. Meskipun dengan melihat latar belakang menteri, yang tentu saja sudah ada jaminan pasti paham politik, namun sudah seharusnya tetap wajib ada literasi mendalam riwayat dan kemampuannya dalam menyalurkan aspirasi masyarakat bawah.

Jika sudah demikian, lalu bagaimana ciri ciri pemilih cerdas itu, apakah kita termasuk di dalamnya? Mari kita kupas satu persatu:

Memahami pilihan

Sangat aneh dan tidak lucu jika disebut pemilih cerdas namun tidak paham dengan yang dipihnya.

Pemilih cerdas betul betul mempelajari mendalami karakter, sifat, kemampuan, latar belakang politik dari kandidat yang dipilihnya. Sehingga saat telah terpilih tidak akan menimbulkan penyesalan akibat tebak kucing dalam karung.

Tidak berdasar insting semata

Pemilih cerdas berpikir kritis bahwa suaranya sangat berarti dan mahal. Sehingga ia tidak memilih hanya berdasar kemampuan insting. Mungkin di pemilihan sebelunya instingnya tepat sebab  sesuai harapannya, tetapi hal tersebut belum tentu berlaku untuk caleg berikutnya.

Tidak modal familiar saja

Masyarakat akar rumput terkadang sering tertipu dengan penampilan luar. Saat  mereka telah merasa cocok dengan sosok yang dilihatnya, baik di sinetron, layar kaca, dan sebagainya, Maka pilihan itulah yang kemudian terpatri dalam ingatannya. Akibatnya saat hari pencoblosan dengan mudahnya ia mnggerakkan tangannya untuk memilih sosok familiar tersebut.

Pentingnya mempelajari sosok yang dipilih, tidak hnaya sekedar lapar mata, tapi juga lapar karakter beserta latarbelakangnya.

Menyelidiki bak detektif

Pemilih cerdas benar-benar menyelidiki sosok yang dipilihnya. Sebab ia merasa suaranya teramat sangat berarti. Bak detektif, ia betul-betul mencari informasi kemana pun tentang latar belakang dari sosok yang dipilih. Bahkan mencarinya bukan hanya di dunia nyata, namun juga di dunia maya.

Tetapi karena sangat cerdasnya, terkadang membuat pemilih ini lebih memilih golput saat pilihannya tak ada yang sesuai dengan pemikirannya. Sebab ia merasa pilihan adalah sebuah konsekuensi. Bukan hanya sekedar  mempertanggungjawabkan pilihannya terhadap masa depan negara, namun juga tanggungjawab kepada Sang Maha Melihat alam raya.

Pemilih cerdas tidak hanya sekedar memilih, tetapi mereka memiliki alasan dalam melakukannya. Mereka benar-benar melek politik. Membuka mata dan kuping lebar-lebar, sehingga tidak salah pilih agar tidak menimbulkan penyesalan ke depannya.

Menuju Pileg, Pilpres dan Pilkada 2024. Jangan lupa menjadi pemilih cerdas yang melek politik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun