Meskipun dunia tahu kekejaman Israel terhadap Palestina  namun tak ada yang berani terang-terangan membelanya. Kenapa bisa demikian? Berikut beragam faktor penyebabnya!
Beberapa waktu lalu dunia sempat dikejutkan dengan brutalnya tentara Israel menganiaya dan menciderai warga Palestina yang sedang beribadah di Masjid Al-Aqsa. Dan hal itu tidak hanya dilakukan oleh tentaranya yang notabene bersenjata lengkap, namun juga diikuti oleh pemukim Yahudi yang ada di sekitar tempat tersebut.Â
Kabarnya perlakuan tak manusiawi itu telah berlangsung lama, dari generasi ke generasi, sehingga sudah menjadi tradisi turun temurun. Akibatnya Palestina menjadi terbiasa dan mati rasa dengan penderitaannya.
Sebagian negara di Timur tengah berusaha membela, seperti Libanon dan Suriah.  Namun di sebagian besar belahan dunia lain lebih memilih  diam. Tapi di balik sikap diam ada sisi nurani yang membenci perlakuan negara zionis tersebut.  Karena tak mau ambil resiko, akhirnya memilih diam. Sebab bukan rahasia lagi bila Israel, meskipun negara kecil namun merupakan simbol negara kuat dari berbagai hal.
Pamor Blok Barat
Harus diakui, saat ini nampaknya pamor Amerika Serikat (AS) mulai memudar seiring konfrontasinya terhadap Rusia. Di satu sisi, sekutu-sekutu Amrik sangat berpegang teguh pada persekutuan NATO yang kuat, Namun di sisi lain, kebutuhan ekonomi tiap negara meronta-ronta, apalagi Rusia adalah pemasok gas terbesar di dunia. Ketika negara beruang merah ini bertingkah sedikit, maka sekutu Amrik akan berada pada dilema kedinginan di musim salju karena tak ada pasokan gas.
Sejak Perang Dunia I hingga II, tak dapat dipungkiri bila negara negara besar dan kuat selalu mempermainkan negara-negara kecil yang lemah. Akibatnya dunia terbelah menjadi Blok Barat dan Timur. Ketika usai perang dunia II, Amerika dengan pongah menjadi pemenangnya, itulah kenapa hingga saat ini, ia menjadi negara yang tak terkalahkan alias super power. Inilah yang menjadi alasan kuat mengapa Israel tak pernah tersentuh meski senakal apa pun, sebab merupakan anak kesayangan negara penguasa dunia.
Namun seiring waktu, ketika terjadi perubahan ekonomi besar-besaran. Apalagi setelah Pandemi Covid-19 dan semua negara terkena dampaknya saat lock down, ekonomi AS mulai disalip oleh China yang notabene dianggap blok timur.Â
Sempat terpikir apakah ini akal-akalan negara tirai bambu. Sebab setelah pandemi usai, China bangkit menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar ke dua setelah Amerika. Di saat negara superpower itu diguncang resesi, justru China tenang-tenang saja. Sehingga menimbulkan persepsi, jangan-jangan di saat semua negara lumpuh karena ketakutan pandemi virus, justru China sibuk membangun ekonominya, entah murni pemikiran dan ide-idenya sendiri, atau diam-diam main contek produk negara lain yang menguntungkan.Â
Dunia memang menjadi sebuah arena permainan  negara-negara besar. Di saat Amerika membantu Ukraina yang berkonflik dengan Rusia. Negara beruang merah ini dengan tak kalah strategi, memakai tameng Chechnya yang mayoritas muslim untuk melawan Ukraina.Â
Dengan cara ini sudah pasti Rusia akan meraup pundi-pundi kemenangan karena simpati dunia. Padahal konflik yang terjadi adalah antara negara beruang merah dengan Ukraina, tapi jadi terkesan perlawanan dua agama. Sebab Rusia tahu bahwa Palestina yang selalu dianaktirikan oleh Amrik adalah mayoritas muslim, sehingga dengan menggunakan tameng Chechnya, maka tak kan ada yang berani mengkritiknya.