Maka tak heran lagi bila Mahkamah Agung Israel memutuskan bahwa militer Israel berwenang untuk mengusir lebih dari 1.300 warga Palestina yang bermukim di sejumlah desa di Masafer Yatta, kawasan perbukitan sebelah selatan Hebron, Tepi Barat. Kasus Masafer Yatta telah bergulir selama 20 tahun di pengadilan, yang membuat banyak petani Palestina tak berdaya berhadapan dengan Angkatan Bersenjata Israel. (BBC News 6 Mei 2022)
Kematian anak-anak Palestina seakan tak membuat dunia mengutuk perbuatan biadab Israel. Nyawa tak berarti apa-apa bila yang melakukan adalah tentara-tentara negara zionis tersebut, sebab dianggap permakluman pembelaan diri.
Selain anak-anak Palestina, anak-anak Suriah juga telah terbiasa dengan pembunuhan, kematian, dan pengeboman. Seperti yang dilakukan Israel beberapa hari yang lalu hanya karena tidak menyukai pemerntahan Bashar Al Ashaad.
Bocah-bocah malang itu berbeda nasib dengan bocah lain di seluruh dunia, yang menjalani kehidupan dengan baik dan aman. Berjalan-jalan ke mall, taman hiburan, ataupun nonton bioskop. Sedangkan anak-anak Palestina justru bermain di kuburan teman-temannya yang tewas ditembak dan dibombardir Israel. ataupun mengais-ngais puing-puing reruntuhan rumahnya yang terkena serangan udara.
Warga Palestina, apakah anak-anak, wanita, ataupun pria dewasa, tetaplah dianggap trouble maker. Sehingga perlakuan over acting Israel dianggap wajar dan biasa-biasa saja saat menghadapi Palestina yang miskin serta suka mengganggu.
Dari 219 orang yang terbunuh di Gaza 18 Mei 2021, lebih dari 63 di antaranya adalah anak-anak, menurut kementerian kesehatan yang dikendalikan kelompok Hamas, Hingga seorang pria menangis pilu atas kematian putrinya yang berusia 12 tahun di Gaza. Kematian mendadak bukan hal mengherankan lagi di Palestina.
Dengan mengabaikan segala macam perbedaan ras, politik dan agama, mari bertanya pada hati nurani. Atas dasar apa dunia diam saja saat Palestina diperlakukan dengan tanpa kemanusiaan oleh Israel? Benarkah kita anti semit bila mengemukakan semua ini? Lalu bagaimana dengan perlakuan dunia yang menutup mata terhadap penderitaan Palestina? Apakah termasuk anti semit atau anti semut?
Secara nalar, tidak akan ada kelakuan lempar batu dan lempar rudal dari Palestina seandainya Israel tak terus menerus menggerogoti wilayah serta berbuat sewenang-wenang.
Ketika kedamaian antar megara dapat ditempuh dengan cara Palestina diharuskan menahan diri untuk menghentikan lemparan batu sembunyi rudal. Maka sudah sewajarnya Israel juga melakukan hal serupa, bersikap adil dan berhenti menggerogoti dan merampas tanah dan bangunan yang bukan hak miliknya.
Bocah-bocah Palestina tidak akan pernah merasakan indahnya masa anak-anak bila dunia terus-menerus bersikap berat sebelah terhadap Israel. Namun di sisi lain, bukan hal mengejutkan lagi bila dunia sangat bergantung pada beagam tekhnologi, alutsista, intelijen dan beragam kebutuhan vital yang dipasok Israel. Bila sudah begini, masih  mampukah dunia bersikap adil dan tidak berat sebelah? Hanya waktu dan kepentingan politik yang bisa menjawabnya.
Semoga tragisnya nasib anak-anak Palestina hanya menjadi cerita akhir tahun lalu yang tidak akan terulang lagi di 2023!