Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PR Biang Kerok Penyebab Stres Orangtua dan Anak?

3 November 2022   09:42 Diperbarui: 3 November 2022   09:47 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi mereka yang kontra PR, ditiadakannya PR merupakan hal yang  memanusiakan  bukan hanya siswa namun juga orangtuanya yang bekerja, sehingga sesampai di tumah dapat beristirahat, tapi yang pro PR merasa pesimis bila PR ditiadakan sebab siswa akan menjadi banyak waktu luang dan terbuang

Dunia pendidikan memang tidak akan kiamat ketika siswa dibebaskan pekerjaan rumah (PR), meskipun sebetulnya awal mula pemberian PR oleh guru bertujuan mulia, yakni agar siswa dapat mengulang kembali tentang hal yang telah dipelajari di sekolah.

Saat di rumah, siswa diharapkan dapat lebih teliti dalam belajar. Bila di sekolah situasinya akan berbeda dengan di rumah, maka dengan pemberian PR siswa dapat lebih berkonsentrasi sehingga pemahaman terhadap pelajaran yang didapat lebih maksimal.

Faktor penyebab PR dianggap beban

Tujuan mulia PR yang semula mulia dan luhur menjadi amburadul alias berantakan di zaman instant sekarang ini. Banyak hal yang menjadi penyebabnya, diantara lain adalah:

Orangtua sibuk bekerja

Ketika kedua orangtua sibuk bekerja, maka saat pulang ke rumah yang dirasakan adalah keletihan. Sehingga sesampai di rumah, tujuan satu-satunya hanyalah untuk beristirahat. Namun terkadang kelelahan orangtua tak bisa berhenti sampai disitu, sebab harus berperan kembali sebagai sosok yang membantu anaknya mengerjakan PR. Jika anak yang diajarkan PR satu mungkin tak mengapa, namun bila dua atau tiga anak, maka bisa dibayangkan kelelahan yang dialaminya pun akan berlipat.

Seandainya orangtua mampu membantu menjawab PR anak tentu sangat melegakan, sehingga dapat sedikit melupakan rasa letih yang dialami. Namun bila kemudian PR yang dihadapi  sulit dimengerti orangtua, maka mereka menempuh berbagai cara agar dapat beristirahat dengan tenang tanpa terganggu rengekan anak, yakni menyuruh anak berselancar ke dunia maya untuk mencari jawabannya. Meski kemudian acara browsing anak bisa saja menyeleweng kemana-mana. Yang menjadi kekhawatiran adalah apabila anak mengakses situs yang tidak benar seperti pornografi. Akibatnya tujuan orangtua yang semula bagus menjadi kacau-balau tak karuan.

Akibat yang ditimbulkan, bukan hanya anak yang stres karena tidak bisa mengerjakan PR, namun orangtuanya pun ikut stres karena sepulang kerja tidak bisa istirahat sebab harus membantu anak mengerjakan PR. Hal nilah yang akhirnya membuat orangtua marah-marah tak karuan, yang justru membuat anak kian tertekan.

PR yang diberikan ugal-ugalan

Terkadang guru dalam memberikan PR tidak tanggung-tanggung, tak ada pertimbangan kemanusiaan atas kemampuan siswa. Karena terlalu banyak akibatnya banyak menyita waktu siswa,  dia akan mengerjakan sampai tengah malam hingga kelelahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun