Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semangat Sumpah Pemuda, Masih Perlukah?

27 Oktober 2022   09:47 Diperbarui: 27 Oktober 2022   09:47 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hedonisme sebagai tuntutan hidup yang tak penah ada habisnya memicu keegoisan bersikap dan perilaku agresif. Demikian juga denhan primordialisme berlebihan, menganggap suku sendiri lebih baik dari suku lain dengan merendahkannya. 

Hingga eksklusivisme yang menganggap kelompok sendirii lebih baik dan harus dibela mati matian. Hal seperti inilah yang dapat memicu tejadinya tawuran, bukan hanya antar remaja atau anak sekolah yang belum stabil emosinya, namun juga para pria dewasa yang notabene seharusnya telah berpemikiran matang. Akibatnya tawuran antar desa atau antar kampung bukan hal yang mengherankan lagi.

Negara kita memang telah merdeka, kemerdekaan itu telah menjadi euforia yang gegap gempita di 1945. Namun dengan seiring perjalanan waktu, bergantinya generasi, euforia dan semangat persatuan memudar karena ternodai kamuflase imperialisme model baru yang tak disadari.

Bangsa ini tiba-tiba berubah menjadi bangsa yang sedemikian gampang diadudomba dan dipecah belah. Berbagai hal yang menjadi penyebab, diantaranya adalah: 

Mudah membenci

Terkadang solidaritas yang terlalu tinggi terhadap kelompok memicu ketidaksukaan terhadap segala sesuatu yang dianggap berbeda dari diri dan kelompoknya, entah perbedaan suku, agama, ras, ataupun antar golongan. Bila tidak ada pengendalian diri maka akan memicu perilaku agresif, menyalahkan menyerang, bahkan memaksa mereka yang berbeda untuk sama.

Primordialisme berlebihan 

Menyintai suku sendiri mungkin hal yang umum kita lihat, namun bila cinta suku tersebut menjadi berlebihan hingga menghina, merendah dan menghina suku lain, maka bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi. Mereka yang berbeda suku akan mengalami pelecehan, pengusiran serta berbagai perilaku diskriminatif lainnya.

Mendramatisir masalah

Ketika sebuah masalah yang sebetulnya dapat diselesaikan dengan cara mudah, namun jika selalu didramatisir maka akan menjadi berkembang besar, melebar, dan kian memanas. Itulah fenomena yang terjadi saat ini, akibatnya segala permasalahan bangsa sulit dicarikan jalan pemecahan sebab api masalah selalu tertiup angin dramatisir.

Hedonisme dan eksklusivisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun