Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kompor Listrik, Perubahan Wujud Wong Cilik Menjadi Wong Sugih

22 September 2022   13:05 Diperbarui: 22 September 2022   13:11 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konversi tabung gas 3 kg ke kompor listrik (pic: tribunpontianak.co.id)

Setelah di saat silam kebijakan konversi minyak tanah ke tabung LPG 3 kg membuat harga minyak tanah meroket hingga kemudian menghilang maka tidak menutup kemungkinan  konversi tabung LPG 3 kg ke kompor listrik akan membuat harga gas melon melambung kemudian langka dan menghilang juga

Selama sekian dekade kompor listrik identik dengan kemewahan, sehingga hanya identik dengan orang-orang kaya saja. Namun seiring wacana pemerintah yang akan mengkonversi tabung gas 3 kg ke kompor listrik, maka secara perlahan kompor listrik turun pamor, meredup gengsinya seiring waktu.

Pemerintah dengan program energy strategy dan energy policy, terkesan kaya-raya dan sangat mulia dengan membagi-bagikan kompor listrik yang notabene mewah untuk masyarakat miskin. Pemerintah ibarat Robinhood, dengan PLN sebagai penyandang dana kompor listrik, dan rakyat kecil sumringah menerimanya.

Masyarakat miskin yang terbuka peluang mencari uang akan makin kreatf dan mandiri dengan cara program kompor listrik, namun bagi yang tidak memiliki peluang, maka setelah  kompor listrik diterima, bisa jadi malah mendatangkan persoalan baru.

Over supply listrik

Kita berusaha memahami niat baik pemerintah dengan membagi-bagi kompor listrik gratis, dengan alasan menekan biaya impor gas LPG sebab mengakibatkan biaya pengeluaran negara meningkat. 

Namun di satu satu sisi bingung juga, bukankah negara kita juga penghasil LPG, lalu kenapa harus impor ya? Mungkinkah terjadi carut-marut masalah energi hingga akhirnya harus membeli sesuatu padahal di satu sisi kita memilikinya?

Masalah pembagian kompor listrik gratis benar-benar menunjukkan kemampuan finansial negara dan adanya tujuan mulia, sehingga pemerintah rela membagi-bagi kompor listrik yang biasanya hanya dimiliki kaum borjuis tersebut. 

Beragam latar belakang penyebab pemerintah membagikan kompor listrik, yang bila kita tarik benang kusutnya adalah masalah over supply listrik, itu saja. Nah cara pemecahannya adalah harus menyalurkannya, yakin cuma gratis? Impossible. 

Tapi seandainya memang gratis, maka bisa kita bayangkan betapa luar biasa dermawan dan baiknya pemerintah. Jika memang demikian kenyataannya, maka wong cilik tidak perlu lagi 'nyolong-nyolong bin nyantol listrik' hingga menyebabkan kebakaran akibat arus pendek.

Wong cilik yang akan mendapat jatah kompor listrik gratis, tengah menjadi pembicaraan hangat di negeri ini. Kita bisa membayangkan betapa bahagianya mereka mendapat jatah kompor listrik, itu berarti taraf kehidupan mereka akan meningkat, sebab hanya wong sugih saja yang biasanya memakai kompor listrik.

Tetapi setelah mereka memakai kompor listrik, apakah segala permasalahan selesai sampai disitu, tertawa bahagia dan masak-masak? Selanjutnya apakah tidak akan ada biaya daya listrik yang terpakai, sebab kompor listrik memerlukan daya 800watt-2000 watt. Apakah wong cilik sanggup membayarnya?

PLN membuat jalur listrik tersendiri untuk kompor induksi?

Kini kita memahami mengapa ada wacana menghapus daya listrik 450 VA dan merubahnya ke 900 VA, sebab sudah pasti daya serendah itu tidak akan mampu untuk menyalakan kompor listrik. Namun jika telah berubah ke 900 VA, tetap bisakah menyalakan kompor listrik?

Namun kabarnya, daya untuk kompor listrik  masyarakat miskin akan dibuatkan jalur tersendiri oleh PLN, sehingga tidak mengganggu daya 450 VA atau 900 VA sekalipun. 

Wah hebat, berarti pemerintah melalui PLN telah memperhitungkan hal tersebut, dengan adanya jalur tersendiri berarti wong cilik hanya konsentrasi membayar tarif listrik selain untuk kompor listrik. Namun menimbulkan tanda tanya, apakah listrik yang khusus disalurkan untuk kompor listrik benar-benar gratis? Sampai kapan? Seumur hidup? Selama lamanya? Atau hingga beberapa generasi saja?

Seandainya jalur listrik tersendiri untuk kompor listrik yang dibuat PLN gratis seumur hidup, tentu sangat membahagiakan rakyat kecil, sebab tidak perlu repot lagi berpikir tentang bahan bakar untuk memasak. Tapi seperti apa kata pepatah, mungkinkah ada makan siang yang gratis?

Bila diamati dari latarbelakang konversi tabung LPG 3 kg ke kompor listrik adalah karena biaya impor LPG yang tinggi. Lalu apa mungkin peralihan ke kompor induksi, listriknya bakalan gratis? Sungguh mulia jika memang pemerintah melakukan hal tersebut. Namun jika wong cilik tetap harus membayar,maka bisa kita bayangkan berapa tarif yang harus dibayarkan untuk memasak dengan kompor listrik setiap bulan.

Tak ada yang salah dengan konversi ini, kalau melihat dari program pemerintah, jelas energy strategy dan energy policy akan tercapai. Namun dari segi keuangan wong cilik, sanggupkah mereka?

Kompor listrik oh kompor listrik, siapa sih yang tidak mau kompor listrik? Lebih bersih, bergengsi, dan eksklusif, namun ujung-ujungnya sanggup tidak bayar tarifnya?

Meskipun kabar kompor listrik masih baru ujicoba, tapi tak menutup kemungkinan akan menjadii satu kebijakan baru. Tak menjadi masalah..... asal listriknya gratis, asal wong cilik sanggup membayar tagihan listriknya, asal tidak membuat rakyat miskin makin miskin.

Setelah di masa silam kebijakan konversi minyak tanah ke tabung LPG 3 kg membuat harga minyak tanah meroket hingga kemudian menghilang. maka tidak menutup kemungkinan setelah adanya konversi tabung LPG 3 kg ke kompor listrik akan membuat harga gas melon melambung, hingga kemudian langka dan menghilang. 

Saatnya wait and see menunggu harumnya masakan dari dapur-dapur wong cilik pemakai kompor listrik. Semoga tidak ada jeritan akhir bulan saat membayar tagihan listrik. Bukankah semua demi kemakmuran negeri ini?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun