Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Wong Cilik Dihantui Hilangnya Listrik 450 VA dan Gas Melon

20 September 2022   10:11 Diperbarui: 20 September 2022   10:20 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini kejadian ledakan tabung melon 3 kg tak terdengar lagi, rakyat kembali tenang karena telah terbiasa dengan tabung gas melon, namun kemudian timbul wacana untuk mengkonversinyai dengan kompor listrik. Duh wong cilik kembali bingung, merubah kebiasaan lama memakai gas melon beralih ke kompor listrik. Mungkin tidak menjadi masalah tentang masalah merubah kebiasaan, namun penggantian tabung gas melon ke kompor listrik karena demi mengatasi over supply listrik negara, bukankah sangat memaksakan sekali? Yakinkah dengan pengalihan tabung gas ke kompor listrik tidak makin membebani ekonomi rakyat kecil, sebab ketika konsumsi listrik membengkak akibat beralih ke kompor listrik, pemerintahkah yang membayari listriknya, atau ujung-ujungnya kembali lagi menjadi beban wong cilik?

Over supply listrik bukan salah dan dosa wong cilik,lalu mengapa harus mereka yang menanggungnya? 

Tidak menjadi masalah penghapusan daya listrik 450 VA dan dirubah menjadi 900 VA, asal skema pembayarannya tetap seperti daya awal sebelumnya. Namun jika berubah menjadi tinggi dan tanpa subsidi bukankah membebani rakyat kecil? Belum cukupkah beban pundak wong cilik dengan kenaikan BBM?   

Bukan masalah juga bila over supply listrik diatasi dengan membagi-bagi kompor listrik gratis ke wong cilik dengan menghapus tabung gas 3 kg, asalkan tidak malah membebani masyarakat dengan membengkaknya tagihan listrik tiap bulan karena memakai kompor listrik.

Semua wacana tidak menjadi masalah asalkan hal tersebut tidak membuat beban wong cilik makin berat dengan pembayaran listrik yang membengkak. BBM baru saja mengalami kenaikan, demo mahasiswa menuntut pembatalan kenaikan harga BBM tertutup oleh riuhnya pemerintah berusaha menangkap Bjorka. 

Kesan yang ditangkap masyarakat adalah bahwa pemerintah saat ini sedang mati-matian menaikkan pendapat negara karena ada pembangunan Ibukota negara yang tentu saja akan menelan biaya besar. Sehingga segala cara dilakukan demi menambah pemasukan negara. 

Listrik daya 450 VA memang tidak menghasilkan apa-apa bagi negara, malah dianggap membebani karena harus menyubsidi. Demikian juga tabung gas 3 kg, semua subsidi, berarti semua beban negara. Alangkah baiknya menambah pemasukan bukan malah menambah pengeluaran negara. Itulah kenapa pemerintah mengesahkan Omnibus Law, hingga giat menarik investor luar negeri untuk masuk ke negara ini. Meski kemudian dengan nakalnya mereka membawa tenaga kerja sendiri yang membuat tenaga dalam negeri cuma bengong gigit jari.

Naiknya pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, dan berbagai pajak lain memang dikejar pemerintah demi mencari pemasukan bagi negara, sebab negara sangat perlu uang, segala sesuatu yang tidak efektif dan hanya membebani keuangan negara kalau bisa dihapuskan. Hingga dengan tanpa mempertimbangkan perasaan para abdi negara, Menteri Keuangan menyebut uang pensiun membebani negara, termasuk tunjangan  profesi guru, melukai tapi itulah kenyataan yang ingin diungkapkan pemerintah. Hingga kemudian yang terbaru, munculnya wacana konversi gas 3 kg dan penghapusan daya listrik 450 VA. 

Muara tujuan dari semua hal tersebut hanya satu, menambah pemasukan negara. Tetapi apakah demi mengejar pemasukan negara harus dengan mengorbankan rakyatnya sendiri?

Tiba-tiba melintas kembali berita merangseknya rakyat Srilangka ke istana negaranya hingga presidennya lari terbirit birit. Benarkah rakyat harus marah dulu, baru kemudian dapat menikmati istana yang selama sekian waktu dinikmati pemimpin negaranya?

Rakyat sedang berusaha berpikir keras siapa pemilik negeri ini, pemerintah atau mereka? 

Situasi mendadak senyap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun