Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Ini Dia! Sang Calon Ahli Kebiri Hewan Liar Universitas Brawijaya

3 September 2022   09:28 Diperbarui: 3 September 2022   09:35 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fernando saat melakukan operasi organ reproduksi (pic: istimewa)

Bukan tanpa alasan para hewan liar menggelandang di jalanan. Perut yang merintih karena kelaparan, tak ada manusia yang bersedia memungutnya, membuat mereka harus bertahan hidup di jalanan.

Para pembuang kucing tak pernah berpikir, seandainya diciptakan Tuhan seperti hewan di jalanan. Dibuang pemilik ataupun terlahir di jalanan, maka tak ada pilihan lain selain bertahan hidup melawan haus, lapar, dan gangguan hewan lain. 

Manusia dengan sifat ego dan tumpulnya nurani , melahirkan sikap tak mau tahu, sebab dalam pola pikirnya, keberadaan para hewan liar dirasa mengganggu. Padahal bukan salah dan dosa si hewan liar bila terlihat dijalanan. Dengan penampilannya yang dekil sehingga terlihat menjijkkan. Jelas mereka tidak akan pernah bersih jika kehidupannya keras, kesehariannya hanya sibuk mencari ganjalan perut, tentu saja tak ada waktu membersihkan diri, bahkan hidup di jalanan yang kotor, tentu saja jauh dari kata bersih.

Tetapi manusia yang kurang menyukainya terkadang menuntut agar si hewan terlihat bersih dan tidak mengorek-ngorek sampah sehingga tidak mengganggu pemandangan. Jelas ini pemikiran yang tidak masuk akal. Bagaimana para hewan liar itu akan bersih kalau kesehariannya sibuk mencari makananan, hidup di jalalanan penuh debu dan kuman, tentu saja bisa penyakitan, belum lagi menjadi korban keganasan hewan lain. Di satu sisi  menanggung lapar dan mencari makan untuk dirinya sendiri, sementara di sisi lain harus menahan sakit, apalagi bila menjadi induk, berjuang keras mengobati lapar banyak mulut.

Kehidupan hewan liar dijalanan sangat berat, bukan hanya bertahan hidup dari kelaparan, gangguan hewan lain, juga gangguan dari keganasan manusia yang semena-mena merampas kehidupannya dengan menembak, atau membunuh untuk dikonsumsi.

Mereka adalah hewan-hewan mengenaskan yang harus bertahan hidup karena dibuang di jalanan, lahir di jalanan. Jelas dekil karena tidak ada yang memandikan, jelas makin banyak beranak-pinak karena menjadi korban keganasan hewan lainnya, jelas mengorek-ngorek tempat sampah karena lapar. Mungkinkah manusia dapat memahaminya dari dua sisi? 

Satu sisi hewan yang papa, kelaparan, serta bertahan hidup. Di sisi lain, harus berhadapan dengan egoisme manusia yang menuntut si hewan liar tidak terlihat dekil dan tidak mengorek-ngorek tempat sampah karena kotor, jika tidak, maka dipaksakan dengan pembersihan berupa penghilangan nyawa, miris dan mengenaskan!

Manusia tidak ada yang bersedia memungutnya

Akibat tak ada yang bersedia memungut hewan liar untuk dipelihara,  membuat hewan-hewan liar harus bertahan hidup sendiri. Bila diibaratkan kehidupan panti asuhan manusia, anak-anak yatim piatu resah menunggu orangtua baru yang bersedia mengadopsinya. Berbeda dengan hewan-hewan liar di jalanan, anak-anak panti asuhan memperoleh asupan makan dan minum, oleh karena itu bila hewan-hewan liar tak ada yang bersedia memungutnya, tentu saja mereka harus berjuang keras bertahan hidup di jalanan dengan cara apapun.

Tak ada rasa empati

Sebagian orang tidak pernah berpikir mengapa hewan liar bisa kelaparan, kehausan, menderita, ataupun sakit. Akibat tak adanya empati pada hewan liar, membuat pikiran menjadi picik dan sempit, memilih menyelesaikan permasalahan dengan kematian, mencabut nyawa seenaknya, seakan dia adalah pemberi nyawa tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun