Organisasi mengatasnamakan agama melakukan konvoi di jalan, benarkah sebuah simbol penentangan ideologi secara terbuka, ataukah menunjukkan kepolosan mereka hingga berani melakukan hal tersebut? Bagaimana bila kita bandingkan dengan sebuah organisasi senyap, yang seperti tidak ada apa-apa, namun tiba-tiba meledak dengan bom waktu penentangan ideologi lebih dalam.
Seperti di Amerika Serikat, sudah bukan rahasia lagi bila gerakan zionis bergerak disemua kehidupan dalam senyap. Dengan dana fantastik, mereka leluasa bergerak, entah sebuah kecerdikan tingkat tinggi, ataukah justru sebuah kelicikan, sebab selama puluhan dekade lamanya mereka telah berhasil membuat pemerintahan Amerika Serikat (AS) tekuk lutut dalam kendalinya.
Demikian juga yang terjadi di Indonesia, pernyataan Panglima TNi Andika Perkasa beberapa waktu lalu untuk memperbolehkan anak-anak PKI menjadi tentara memang tidak menyalahi aturan, sebab tidak ada aturan tegas yang mengaturnya. Namun sebagai bangsa yang selalu berusaha mengambil hikmah positif dari kejadian masa lalu, benarkah anak anak PKi juga akan melkaukan hal yang sama?Â
Yang dikhawatirkan adalah apabila justru yang terjadi sebaliknya, anak-anak PKI masih menyimpan dendam masa lalu. Apalagi jika mereka memiliki senjata, tentunya dapat mengakibatkan pertikaian di tubuh militer, yang bisa ditebak akan membahayakan keselamatan bangsa dan negara kita.
Permasalahan masa lalu bila tidak dihentikan ibarat memelihara anak macan, akan bersiap menghadapi resiko terkena gigitannya seiring usianya yang beranjak dewasa.Â
Apalagi bila harus menghadapi masa lalu penuh dendam kesumat, bagai memelihara anak ular, yang diam tanpa auman, namun justru bisa menggigit dengan bisa beracunnya.Â
Anak maacan masih dapat terdeteksi kebuasannya dari auman dan tingkahnya yang agresif, tetapi akan lebih membahayakan bila berhadapan dengan anak ular yang beranjak dewasa tanpa suara, hanya mendesis, namun tiba tiba menebarkan bisanya.
Jangan sampai kita teralihkan dengan sebuah gerakan yang blak-blakan memproklamirkan penentangannya namun melupakakan gerakan diam-diam, senyap, namun lebih berbahaya.
Sudah selayaknya pancasila tidak dibenturkan dengan keyakinan agama, karena dua hal ini berkaitan satu sama lain, sebab seseorang yang agamis sudah pasti kelakuannya tak lepas sari nilai-nilai pancasila, dus pancasila adalah perwujudan dari nilai-nilai agama itu sendiri yang mengajarkan perilaku luhur dan beradab. namun harmonisasi tersebut akan berubah menjadi konfrontasi ketika ada upaya untuk membenturkan keduanya dengan tujuan mengalihkan perhatian dari gerakan senyap berbahaya tanpa suara.
Menjalani kehidupan di sebuah negara dengan tingkat kemajemukan tinggi, bersama sebuah ideologi yang telah disepakati, tentunya akan menghadapi beragam tantangan besar dan berat, bukan hanya upaya rongrongan gerakan hiruk pikuk, namun juga gerakan tanpa suara.Â
Diperlukan keberanian dan kewaspadaan tingkat tinggi dalam menghadapi semua hal tersebut, sebab gangguan dan ancaman tak mungkin hanya dari dalam negeri, namun bisa jadi sumbernya dari luar negeri. Namun kesemuanya tak mungkin lepas dari muara kelompok abu-abu yang berkeinginan menguasai dan mengendalikan politik di negara ini.Â