Ketika siswa melakukan kesalahan, kemudian menyadari kesalahannya, dan malu untuk melakukannya lagi, hal itu merupakan kemajuan karakter yang berhasil dibentuk oleh guru yang disegani. Tapi bagi tipe guru yang hanya ditakuti, siswa tidak mengulang kesalahan hanya jika di depan gurunya saja, jika guru sudah menghilang dari pandangan, maka kesalahan tersebut akan berulang kembali, bahkan bisa jadi lebih parah.
Kelas yang sepi seperti kuburan memang diperlukan, sebab hanya pada suasana tenang, siswa mampu berkonsentrasi tinggi menyerap pelajaran. Namun bukan berarti suasana sepi diakibatkan siswa tidur nyenyak karena penyajian pelajaran yang tidak menarik, ataupun bingung karena tidak memahami.
Diperlukan guru profesional yang mampu menghidupkan kelas dalam koridor-koridor yang terarah dan bertanggungjawab. Guru dengan tipe smart seperti ini akan menghasilkan siswa-siswa antusias belajar dan penasaran dengan materi yang diberikan guru, sehingga suasana kelas menjadi hidup dengan banyaknya siswa yang bertanya. Mereka bersemangat saat diskusi, presentasi, sehingga menghasilkan debat dan adu argumen yang menghidupkan suasana kelas. Inilah kelas hidup yang dimaksud dalam merdeka belajar.
Kini kita dapat membedakan dengan mudah antara kelas yang ribut dengan kelas yang hidup. Kelas ribut tidak menghasilkan apa-apa selain hanya keributan sebab tidak ada tujuan yang disepakati di dalamnya, sedangkan kelas yang hidup adalah kelas yang antusias dan bersemangat dalam pembelajaran, dengan tujuan yang disepakati dan ingin dicapai di dalamnya.
Kelas yang ribut, tidak jelas juntrung kemananya, tidak jelas arah tujuannya, sebab kelas tanpa ada guru di dalamnya juga bisa ribut, bahkan terkadang ada gurunya pun juga tidak ada jaminan bisa tenang. Siswa berlarian kesana kemari, mengganggu, menjahili, menggebrak meja teman-temannya, memukul-mukul papan tulis, atau bahkan bermain pesawat-pesawatan, hingga loncat-loncat di atas meja. Sungguh suasana kelas yang ribut bukan? Apakah ini yang dikehendaki dalam suatu sekolah? Tentu tidak.
Ada waktunya suasana kelas saat pembelajaran berlangsung tenang, sunyi seperti kuburan, namun ketenangan tersebut nantinya juga akan dipadukan dengan suasana hidup. Guru sebagai pendidik memiliki tanggungjawab untuk menghidupkan suasana kelas agar para siswanya bersemangat dan antusias dalam belajar. Suasana kelas yang hidup, bukan ribut dalam hal tak jelas arah tujuan.
Kelas yang hidup pun juga bisa berubah menjadi ribut, namun ribut dalam hal positif, saat adu argumentasi dan debat ketika diskusi, ribut dalam hal bertanya saat presentasi karena rasa penasaran dan semangatnya menimba ilmu, bukan ribut karena guru mengajar tidak menarik, guru tidak mampu mengendalikan kelas, ataupun ribut karena guru tidak ada di kelas.
Jadi, kelas yang ribut padahal ada guru di dalamnya namun tanpa tujuan pembelajaran yang jelas, belum tentu baik. Sedangkan kelas yang sunyi bak kuburan belum tentu buruk juga, semua tergantung dari guru sebagai pemegang kendali di dalam kelas. Sebab apabila yang diinginkan hanyalah kelas ribut tanpa tujuan yang jelas, maka tanpa ada guru didalamnya pun kelas bisa lebih dari ribut.
Ribut boleh, tapi dalam hal positif, sebab terdapat tujuan pembelajaran dan materi pelajaran yang ingin dicapai, bukan sekedar ribut yang tidak jelas siswa akan dibawa kemana, yang ujung-ujungnya terjadi perkelahian dan pembullian didalamnya.Â
Suasana kelas dalam merdeka belajar adalah hidup, bukan ribut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H