Efisiensi perusahaan memang penting, tapi jangan sampai meruntuhkan moral karyawan yang dapat meruntuhkan perusahaan. Di satu sisi mungkin omzet meledak, namun bila batin karyawan merintih kesakitan, tak dapat menjamin keabadian perusahaan. Kejayaan perusahaan tercermin dari hitungan generasi penerusnya, makin banyak generasi yang mampu melanjutkan, maka makin luar biasa kualitas moril dan materiilnya.
Dari sisi karyawan, sudah pasti ingin tercukupi kebutuhan mareri dan batin, materi cukup, suasana dan fasilitas kerja yang menyenangkan, sudah pasti akan membuat karyawan betah bekerja dan solid.
Dari sisi pemilik perusahaan, tentunya menginginkan omzet dan keuntungan perusahaan besar, namun jika karyawan menderita batinnya, hal ini yang bisa memancing unjuk rasa sebagai pemberontakan batinnya. Namun jika telah dicukupi materi dan kepuasan moral, maka sudah selayaknya karyaan juga memiliki komitmen dan pemgabdian sepenuhnya.
Perusahaan dapat berkembang pesat dan mampu bertahan hingga puluhan generasi, jika antara owner, direksi, manajer, dan karyawan terjalin ikatan batin kuat, solidaritas dan saling memahami, tanpa unsur pemerasan dan perbudakan. Tumbuh suburnya sikap saling menghormati satu sama lain akan membentuk perusahaan kokoh dan abadi.
Anda owner perusahaan, direksi, manajer, atau karyawan perusahaan? Cermati perusahaan Anda, benar-benar pailit atau hanya pelit?Â
Salam sukses!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H