Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

3 Cara Mudah Membedakan Perusahaan Pailit atau Pelit

6 Mei 2022   20:54 Diperbarui: 6 Mei 2022   20:56 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perusahaan dengan omzet naik (pic:pizzatime.info)

Perusahaan pelit mengharuskan karyawan memilih bengkel murahan bila menemui masalah, tidak empati pada penderitaan karyawan, misal AC mobil mati, karyawan tidak diperbolehkan mencari bengkel bonafit sebab mahal, namun justru hal itu memicu permaslahan lebih besar. Dan jika telah benar-benar ngadat, perusahaan tak mau tahu, karyawan ngos-ngosan banjir keringat penuh oenderitaan saat bekerja.

Perusahaan pailit jika dulunya bonafit, perusahaan akan tetap menyarankan karyawan agar tetap melakukan perbaikan kerusakan pada bengkel bonafit. Namun jika perusahaan mendekati pailit, dengan sangat terpaksa perusahaan melakukan hal sama seperti yang dilakukan perusahaan pelit.

Beban moral karyawan

Setelah terjadinya berbagai oermasalahan menimpa karyawan terhadap fasilitas transportasi, perusahaan pelit akan membiarkannya, tidak mau tahu, hingga menunda memberi ganti finansial yang telah ditomboki karyawan. 

Sikap mempersulit ini yang membuat karyawan menjadi menderita beban moral yang berat. Misal saat sebelum ada keluhan AC mobil yang mati, terdapat keluhan terdahulu seperti rusaknya speedometer, blower mesin, dan sebagainya. Hingga kemudian berujung pada matinya AC. 

Permasalahan yang berntun ini sebetulnya kalau ditelusuri mendalam berawal dari permasalahan kecil, yang kemudian merembet ke hal-hal besar, gara-gara perusahaan pelit enggan mengeluarkan uang lebih. Setelah terjadi hal besar, AC mobil mati, perusahaan tidak mau tahu, bahkan hanya memberi janji-janji manis saja seperti kampanye.

Hal seperti inilah yang kemudian menciptakan beban moral bagi karyawan. Karyawan ingin bekerja lebih giat, tapi kepanasan. Mungkin jika bekerja di daerah dingin tidak menjadi masalah, tapi jika berada pada wilayah bercuaca panas, AC mati merupakan sebuah siksaan. Apalagi jika harus bertugas di lapangan dengan cuaca terik menyengat.

Perusahaan pelit tak pernah peduli dngan penderitaan karyawannya, baginya yang penting omzet naik. Bagi karyawan yang bermental pemberontak, dia akan melakukan demonstrasi ataupun unjuk rasa. Namun bagi karyawan yang ingin suasana kerja kondusif dan tenang, dia dengan sangat terpaksa menerima keadaannya. Meskipun tanpa disadari secara perlahan, perusahaan akan merugi karena beban moral yang dialami karyawan akan membuat kinerjanya menurun, yang tentunya berimbas pada turunnya omzet perusahaan.

Perusahaan bisa menjadi bonafit terlihat dari kualitas kerja karyawan. Pekerjaaan berkualitas dari karyawan bukan hanya kepuasan dari sisi materiil, namun juga moril.

Perusahaan yang baik tidak melulu mengejar-ngejar omzet, tapi juga kualitas moral karyawan, kualitas batin. Hanya perusahaan berkualtas dan bonafit yang mampu mencukupi suasana materiil dan moril karyawannya. Karyawan dengan pemenuhan kebahagiaan batin yang tercukupi akan terlihat solid pada perusahaan. Contoh paling mudah adalah perusahaan Facebook, dengan owner demokratis dan mampu memahami kebutuhan materi dan kebatinan karyawannya.

Kelangsungan generasi penerus perusahaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun