Banyak pihak menyalahkan si pria Arab sebagai teroris, karena telah melukai banyak warga Israel. Namun, tak banyak orang yang tahu, alasan yang melatarbelakangi pria tersebut melakukan semua hal itu.Â
Jauh hari sebelum terjadinya peristiwa penembakan tersebut, banyak terjadi peristiwa yang melukai rakyat Palestina. Rumah-rumah hunian warga Palestina dirampas paksa polisi Israel atas perinah Pengadilan Israel, untuk kemudian ditempati orang-orang Yahudi . Banyak warga Palestina terusir paksa dari rumah hunian yang sudah dihuninya sejak kecil dan telah dihuni turun temurun, secara tiba-tiba harus mengosongkan dalam satu malam hanya karena perintah pengadian. Tanpa sidang, tanpa keadilan ataupun pembelaan diri, tak bisa berbuat apa-apa di tanah kelahirannya sendiri.
Selain peristiwa di atas, banyak juga beragam perlakuan tak manusiawi yang diterima Palestina dari Israel. Seperti kekerasan terhadap anak-anak Palestina  hanya karena mereka dianggap pencuri karena memetik sayuran liar di tanah yang diklaim sebagai milik Israel, meskipun dahulunya adalah wilayah Palestina. Belum lagi pemenjaraan secara semena-mena tanpa proses pengadilan terhadap banyak anak-anak dan warga Palestina.
Hal semena-mena seperti tersebut diatas, konon yang kemudian memicu kenekatan  seorang pria Palestina memberondongkan senapannya ke arah orang-orang Israel di tengah keramaian. Rasa dendam, marah, dan frustasi, yang mungkin dalam pemikiran pribadinya, bahwa tidak akan ada hasil seandainya kesewenang-wenangan tindakan Israel bila harus diungkapkan pada pemerintah yang notabene Israel juga, bahkan boleh jadi ia akan dipenjarakan. Namun pemberitaan sepihak yang disuguhkan Israel, justru terbaca bahwa penyebutan penembak sebagai pria Arab, dan bukan warga Palestina, tampak sebagai upaya menutupi latarbelakang alasan terjadinya penembakan tersebut.
Â
Entah sampai kapan akan terus terjadi konflik antara Israel-Palestina. Masalah tidak akan selesai bila Israel terus menerus memperluas wilayah jajahannya dengan memperlakukan Palestina secara semena-mena. Apalagi ditambah dengan sikap dunia, yang bisa ditebak, pilih kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H