Hasil produksi para juragan plastik sudah pasti tidak akan bisa dihentikan sebab banyak konsumen membutuhkan dan membelo, karena faktor praktis di zaman yang selalu dikejar waktu ini.
Ada faktor sebab akibat yang selalu terhubung dalam kasus sampah plastik. Seperti buah simalkama, gigit menggigit yang tak ada hentinya, sebab ada tiga faktor yang terlibat, pemerintah, produsen, dan konsumen.
Penanganan masalah sampah plastik dari sisi pemerintah sangat pelik.Misal mengeluarkan aturan untuk menghentikan kinerja produsen plastik sudah pasti menemui jalan buntu, sebab pabrik memiliki jumlah karyawan yang dapat membantu pemerintah mengurangi pengangguran.Â
Sementara di sisi lain, konsumen juga tidak bisa berhenti membutuhkan barang berbahan plastik karena daya beli yang terjangkau, kepraktisan, dan efisiensi waktu. Kalau sudah berkelindan seperti ini, mungkinkah ada penyelesaian berkelanjutan yang dapat berhenti pada titik akhir?
Di negara manapun tidak pernah ada penyelesaian sampah plastik secara tuntas, sebab selalu terselip faktor kepentingan di dalamnya. Bahkan di benua Alaska sekalipun.
Jadi bagaimana cara penyelesaian sementara, atau setidaknya solusi termudah agar sampah plastik ke depannya tidak makin membuat dunia tercemari? Tak ada cara lain, sebab muara oermasalahannya adalah sampah plastik yang dihasilkan. Sehingga tidak ada cara lain selain bijak mengelolanya, dengan tidak membuang sembarangan, memilah antara sampah basah dan kering sebelum membuang ke tempat sampah agar memudahkan bagi pihak lain untuk mengelolanya, misal pemulung yang dapat mengumpulkannya dengan mudah.
Mereka yang tidak bijak, mengotori sungai dengan sampah plastik, membuat saluran-saluran pembuangan air menjadi tersumbat. Selain mengganggu peemandangan, menimbulkan bau tidak nyaman, juga dapat menyebabkan polusi udara dan air, serta kerusakan generasi anka cucu ke depannya.
Setelah beberapa waktu lalu kita sempat disuguhkan hasi penelian ilmuwan tentang partikel plastik yang telah mencemari perairan dunia, baru baru ini kita dikejutkan lagi dengan penemuan ilmuwan lainnya, bahwa partikel plastik yang berukuran super mikro telah mencemari udara. Kebutuhan air dan udara yang super vital telah tercemari oleh plastik.
Penelitian menunjukkan bahwa partikel nanoplatik mencemari air dari pemakaian kemasan-kemasan botol air yang dikonsumsi manusia, hingga dapat memasuki aliran darah. Sedangkan mikroplastik mencemari pernafasan dari karbon-karbon plastik yang dilepaskan oleh baju-baju yang dipakai, timbal asap karbon dari kendaraan, dan juga berbagai bahan bangunan mengandung plastik yang terpapar matahari. Sebab tak dapat dipungkiri jika kini segala barang terdapat kandungan bahan plastik di dalamnya.
And so, mau tak mau kita harus berusaha menghentikan kerusakan dunia akibat pencemaran sampah plastik, sebab kalau bukan kita, lalu siapa lagi?Â
Menunggu kesadaran orang lain untuk melakukan hal serupa terkadang mustahil, bahkan terkadang menghasilkan kejengkelan dan uring uringan luar biasa. Kita berusaha tertib membuang sampah pada tempatnya, mereka justru seenak udhel menghambur-hamburkannya ke sungai, dan ke sembarang tempat. Peraturan pemerintah sudah seharusnya lebih tegas lagi mengatur, dengan demikian akan pas menyematkan label penjahat lingkungan pada mereka yang buang sampah sembarangan.