Kurikulum Prototipe dianggap lebih efektif meningkatkan kemampuan siswa dibanding kurikulum 2013 secara penuh sebab memberi kesempatan luas bagi pengembangan karakter dan kompetensi dasar siswa seperti literasi dan numerasi
Sudah bukan rahasia bila rakyat di Republik ini gemar memberi label terhadap pergantian menteri yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan 'ganti menteri pasti ganti kurikulum'. Demikian juga saat Nadiem Makariem terpilih sebagai Mnteri Pendidikan, banyak yang memandangnya penuh selidik, bahwa pasti akan terjadi pergantian kurikulum.
Memang pada awalnya tidak ada kurikulum baru yang dicurigai itu, sebab terpilihnya Nadiem disaat bangsa kita tiba-tiba dihadapkan pada pandemi dahsyat Covid-19. Di saat itulah Menteri yang mantan Bos Gojek ini memberi pilihan bijak pemilihan kurikulum secara bebas bagi pendidik saat pembelajaran jarak jauh (PJJ), sehingga disebut kurikulum darurat.
Kurikulum Prototipe opsional
Nadiem memang lebih demokratis dan menghargai perbedaan dibanding menteri-menteri pendidikan sebelumnya yang apabila menyodorkan sebuah konsep kurikulum, maka tak ada pilihan lain bagi sekolah yang ditunjuk selain melaksanakannya, sebuah harga mati yang tidak bisa ditawar lagi.
Namun tak dinyana dan tak diduga, ternyata keluar juga sebuah kurikulum terbaru bernama Kurikulum Prototipe, yang diatur dalam Keputusan Mendikbud Ristek Nomor 162/M/2021 tentang Sekolah Penggerak.Â
Tetapi bukan Nadiem namanya kalau tidak berbeda dengan menteri-menteri pendidikan sebelumnya, sebab menteri yang satu ini menawarkan Kurikulum Prototipe sebagai sebuah opsi, sekolah boleh menerapkannya ataupun tidak.Â
Bagi sekolah yang tidak memakai kurikulum ini, maka dapat memilih dua opsi lainnya, yaitu Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat, sebab mulai tahun 2022 hingga 2024 nantinya hanya ada tiga opsi kurikulum yang diberlakukan.
Kurikulum Prototipe hanya akan diterapkan di satuan pendidikan yang berminat untuk menggunakannya sebagai alat untuk melakukan transformasi pembelajaran, karena sifatnya opsional maka kurikulum ini tidak disebut sebagai kurikulum 2022.
Meskipun hanya bersifat opsi, namun kurikulum ini tetap mengharuskan semua sekolah di tanah air menerapkan dengan berdasar kesiapan masing-masing, sebab Kurikulum Prototipe telah diujicoba dan diterapkan pada 2.500 sekolah yang tergabung dalam Program Sekolah Penggerak serta SMK Pusat Keunggulan (SMK PK).
Lanjutan Kurikulum Darurat
Saat 2020-2021 sekolah diberikan dua opsi, yaitu menggunakan Kurikulum 2013 secara penuh, atau menggunakan Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan) demi memitigasi terjadinya kehilangan pembelajaran (learning loss), ternyata berdasar evaluasi  Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) siswa pengguna Kurikulum Darurat mendapat capaian belajar yang lebih baik daripada pengguna Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosio-ekonominya.
Berdasar hasil evaluasi ini, maka pada tahun 2021, Kemendikbud Ristek memperkenalkan Kurikulum Prototipe sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran.
Kurikulum Prototipe merupakan lanjutan dari Kurikulum Darurat yang diberlakukan agar pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi dapat berfokus pada penguatan karakter dan kompetensi mendasar. Dengan memberi otoritas pada guru, sekolah akan memiliki keleluasaan dalam capaian pembelajaran.
Keunggulan Kurikulum PrototipeÂ
Kurikulum prototipe dianggap sangat efektif meningkatkan kemampuan siswa dibanding kurikulum 2013 secara penuh, sebab kurikulum pendahulunya, yakni Kurikulum Darurat  selama PJJ telah memberikan hasil optimal. Sehingga Kurikulum Prototipe sebagai kelanjutannya diharapkan akan memberi ruang yang lebih luas bagi pengembangan karakter dan kompetensi dasar siswa, seperti literasi dan numerasi
Keunggulan Kurikulum Prototipe yang digadang-gadang lebih optimal dibanding Kurikulum yang lain adalah:
- Dikhususkan pada pengembangan kemampuan non-teknis (soft skills) dan karakterÂ
- Waktu yang cukup untuk pembelajaran kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi karena fokus pada materi esensialÂ
- Guru fleksibel melakukan pembelajaran sesuai kemampuan murid dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal
Banyak yang menjuluki Kurikulum prototipe ini sebagai Kurikulum 2022, namun Kemendikbud Ristek membantahnya, sebab kurikulum ini masih bersifat opsional alias pilihan, sekolah boleh menerapkannya ataupun tidak.Â
Seandainya sekolah belum ingin menerapkannya, maka terdapat dua pilihan kurikulum lainnya, yakni kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan) asalkan tetap mengacu pada standar nasional pendidikan. Dengan demikian sekolah akan diberikan waktu yang cukup untuk mempelajari konsep Kurikulum Prototipe sebelum menyatakan minat untuk menerapkankannya.
Dengan menerapkan Kurikulum Prototipe, maka peserta didik di jenjang sekolah SMA Â baru dapat menentukan mata pelajaran pilihan sesuai minat dan bakat dalam penjurusan setelah naik kelas XI. Selama kelas X tidak akan ada pemisahan siswa berdasarkan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa., sehingga mata pelajaran yang diikuti sama seperti SMP, yakni mata pelajaran umum.
Siapkah Satuan Pendidikan di negara kita menyambut kelahiran Kurikulum Prototipe? Wait and See!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H