Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Solusi Mengatasi Kesepian Era Metaverse

22 Desember 2021   09:57 Diperbarui: 22 Desember 2021   10:09 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal masih tahun 2021 sudah sedemikian praktis, apalagi nanti di 2045, bukan tidak mungkin dunia metaverse yang digaungkan Mark Zuckerberg melalui Facebooknya akan betul-betul terwujud nyata. Apakah kita harus takut dan tak siap menghadapinya?

Membayangkan dunia metaverse terwujud, kita tidak perlu repot kemana-mana, menghindari banyaknya waktu yang terbuang, segalanya hanya dalam ruangan satu-satunya yang kita miliki tentunya praktis ekonomis. Apakah kita akan kesepian?tergantung dari langkah yang kita ambil. Memang interaksi dalam dunia nyata menjadi jarang, bahkan mungkin nyaris tak ada, namun jika kita ikut andil dalam dunia maya, tentu kita tidak akan tertinggal jauh akibat hanya menjadi penonton di dalamnya, yang pastinya akan kesepian karena tak ikut menikmatinya.

Kurang interaksi sosial bukan kesepian

Jika era metaverse tiba, tidak akan ada kelelahan menempuh perjalanan, apalagi pemborosan waktu dan tenaga. Namun tetap memerlukan kewaspadaan dan kehatu-hatian, sebab mustahil tak ada dampak negatifnya, seperti kebocoran data, pencurian data, makin mengganasnya malware, makin liciknya craker, makin canggihnya hacker, bahkan bisa jadi makin masifnya pembobolan data atar negara. Dan satu hal terbesar yang dikhawatirkan adalah bila terjadi ketersinggungan antar negara, tinggal pencet tombol demi mengirim rudal nuklirnya, alamaaak!

Mungkin kurang tepat jika akibat kecanggihan tekhnologi di 2045 disebut kesepian 2045. Akan lebih tepat bila menyebutnya sebagai tidak adanya lagi interaksi sosial akibat kurang hubungan sosial dalam dunia nyata, sebab segalanya dijalankan dari suatu tempat tanpa harus bersosialisasi kemana-mana. Akibat hal ini maka tidak ada lagi interaksi soial antar masyarakat, akankah kesepian? Bagaimana akan kesepian bila tiap individu sibuk berinteraksi di dunia maya, bersosialisasi di dunia maya. 

Benarkah yang gatek akan kesepian? boleh jadi, jika tak mampu mengelola kesepiannya dengan hal-hal bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun