Mengingat kematian
Bila solusi di atas tidak ada yang manjur, maka tidak ada cara lain selain mengingat bahwa suatu saat akan mati, sebab di saat itu bukankah akan berangkat ke alam kubur sendiri? bukankah akan kesepian karena sendiri? Memang siapa yang mau menemani? Jadi kenapa harus takut kesepian di dunia jika masih bisa menggerakkan raga kita untuk dapat merubah keadaan itu?
Kesepian 2045 akibat gatek?
Beberapa waktu lalu Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam sebuah pidatonya menyebutkan bahwa kemajuan tekhnologi di 2045 akan embuat banyak orang kesepian. Saya kurang sependapat dengan pernyataan ini, sebab setiap orang berbeda cara ddalam mengelola kehidupan pribadinya, terutama kesepiannya. Bagi orang yang cerdas mengelola kesepian, maka dia tidak akan pernah kesepian meskipun terputus dengan kehidupan sosialnya. Bahkan bagi mereka yang gatek, banyak hal yang bisa dilakukan misal dilanda kesepian, lebih lebih bagi mereka yang melek tekhnologi, tak akan pernah kesepian dengan berselancar di dunia maya, baik melalui pekerjaan resmi atau sekedar mencari hiburan.
Â
Bagi mereka yang gagap tekhnologi alias gatek, pastinya kesepian dapat diobati dengan mencoba memasak resep-resep baru, bernyanyi, karaoke, berkebun, mendengarkan musik, bercanda dengan binatang kesayangan, menjelajahi perpustakaan pribadi, membongkar album-album foto lama, serta seabrek kegiatan lainnya yang tentunya tidak melibatkan tekhnologi.
Memang, dibanding mereka yang melek tekhnologi, kegiatan mereka yang gatek di dunia maya akan terbatas, namun setidaknya tidak akan kesepian di 2045 jika mamapu mengelola dan mencari solusinya. Bahkan tanpa harus menunggu tahun tersebut, saat ini pun tekhnologi telah banyak mengambil alih kehidupan kita. Memang lebih memudahkan, meski ada juga dampak negatifnya, seperti kebocoran data di dunia maya dan sebagainya.
Di saat sekarang saja, tekhnologi telah membuat semua pekerjaan menjadi lebih mudah dan menyenangkan, apalagi di 2045 nanti. Meskipun masih jauh dari kenyataan, namun sepertinya kita tidak akan terlalu kesepian jika telah melebur dalam hiruk pikuk dunia maya. Tidak jauh-jauh, mari kita perhatikan saat sekarang ini, melalui dunia maya, segala hal yang viral di media sosial kita bukan hanya mengetahuinya, tapi juga ikut melebur didalamya, jelas menunjukkan bahwa kita sudah berada di dunia lain selain dunia nyata, namun ada.
Bahkan hal hal yang kita inginkan dalam dunia maya dapat kita wujudkan dalam dunia nyata, Â misalnya belanja. Kita bisa mendatangkan segala barang yang dinginkan masuk ke dalam rumah kita, membayarnya tanpa menyentuh uang dengan kecanggihan tekhnologi. Segalanya berada dalam kendali smartphone di tangan kita.Â
Menjelang era Metaverse
Kita sangat dimanjakan dengan tekhnologi, saat ingin membuka rekening perbankan, melakukan transaksi perbankan, membuka trading, melakukan buy and sell, semua hanya dalam sentuhan jari kita, tanpa perlu tatap muka, praktis, mudah, menghemat waktu, dan bisa dilakukan dimanapun, tanpa perlu repot make up ataupun berganti baju.