Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perang Dingin antara Ibu Mertua dan Menantu Perempuan, Siapa yang Harus Mengalah?

16 Desember 2021   21:01 Diperbarui: 19 Desember 2021   17:52 1755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menantu perempuan harus dapat memahami dan mengingat jerih payah mertua perempuan, bagaimana dahulu melahirkan, membesarkan, merawat, mendidik, hingga suaminya bisa menjadi yang sekarang ini. 

Tanpa sebuah penjagaan yang baik, bagaimana maungkin suami akan menjadi sempurna seperti yang sekarang ini, apalagi mampu memenuhi segala kebutuhan rumah tangga. 

Untuk itu menantu tidak seharusnya serakah terhadap harta yang diperoleh suami, sehingga enggan berbagi pada mertua. Bahkan terkadang manantu perempuan karena lebih mengutamakan perasaan, merasa marah dan cemburu terhadap perhatian suami pada ibunya. Padahal hal tersebut tidak akan terjadi jika menantu memahami bahwa cinta kasih antara ibu dan anak, adalah berbeda jauh dengan cinta kasih antara suami dan istri. 

Dengan pemahaman dan sikap dewasa, maka menantu perempuan akan dapat berpikir bijaksana, menyayangi mertua sebagaimana orangtuanya sendiri.

Mertua harus lebih bijak

Terkadang ada mertua yang sangat cerewet dan memperlakukan menantu seenaknya, namun patut diingat bahwa usia mertua lebih tua daripada menantu, bahkan siapa tahu usianya pun lebih muda dari menantu.

Sama seperti orangtua dan anak, bisa jadi usia orangtua lebih pendek daripada anak. Karena itu sudah selayaknya menantu lebih banyak mengalah dan bersikap legowo serta ikhlas terhadap perlakuan mertua sepahit apapun, sebab hanya itulah satu satunya cara berbakti sebagai tanda terima kasih sebab mertua telah membesarkan suami dengan tetasan keringat dan air mata kelelahannya selama ini. Sehingga saat mertua berpulang tidak akan timbul penyesalan karena menyia-nyiakannya.

Masih ingat cerita Rumini dan ibunya saat peristiwa erupsi Gunung Semeru beberapa waktu lalu? 

Indahnya dunia bila para menatu memperlakukan mertua perempuan seperti Rumini menyayangi dan melindungi Ibunya. Memang tak dapat dipungkiri bahwa mertua adalah orang lain, namun bukankah telah menjadi pengganti orangtua setelah terikat pernikahan? Tuhan pun akan tersenyum jika hubungan mertua dengan menantunya seperti ketulusan Rumini terhadap Ibundanya.

Keharmonisan hubungan menantu dengan mertua menjadi impian bagi setiap orang, menganggap mertua layaknya oarngtua sendiri, demikian juga dengan mertua terhadap menantunya laksana anak sendiri, bukan merupakan hal sulit untuk diwujudkan.

Memang ada sebagian mertua bersikap berbeda dan terkesan pilih kasih terhadap menantu karena menikah dengan anak yang bukan kesayangan. Namun hal itu bukan merupakan alasan untuk membalas perlakuan serupa terhadap mertua di hari tuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun