Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maulid Nabi, Islamophobia, dan Gagal Paham

22 Oktober 2021   10:53 Diperbarui: 22 Oktober 2021   10:56 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi demonstrasi Islamophobia (pic: republika.co.id)

Pentingnya toleransi dengan saling menjaga perasaan dan melindungi umat manusia sehingga tidak akan terjadi peristiwa penghinaan terhadap agama lain, seperti pembuatan karikatur Nabi, pengeboman tempat ibadah, dan segala hal yang hanya membuat kerukunan umat menjadi kacau balau akibat sikap gagal paham dan egoisme semata

Maulid Nabi 2021 telah berlalu, namun  semangat suri tauladan Nabi Muhammad SAW masih bergema di relung hati. Perilaku mulia Nabi hendaknya menjadi contoh kepribadian bagi seluruh umatnya. Jika hal ini benar-benar terwujud nyata, maka damailah seluruh dunia karena sesungguhnya Islam adalah kemurahan dan kasih sayang bagi seluruh alam.

Wujud nyata suri tauladan Nabi sangat diperlukan agar tidak terjadi lagi Islamophobia akibat perilaku salah kaprah karena kesalahpahaman dan peliknya mengartikan  sebuah kondisi.

Gagal paham berujung Islamophobia

Islamophobia timbul akibat kesalahpahaman yang terjadi terhadap Islam. Terjadinya hal-hal tidak simpatik membuat orang salah kaprah memahami Islam. Misal terjadinya bom bunuh diri, kemudian perlakuan Taliban terhadap wanita, dan beragam kejadian yang mencoreng nama Islam, namun seharusnya tak serta merta harus menyalahkan Islam itu sendiri, sebab Islam tak pernah mengajarkan tentang kekejaman dan kesemena-menaan. Sebagai agama yang mengajarkan kasih sayang, Islam tegas menyebutkan apabila seorang muslim menghilangkan satu nyawa tanpa alasan yang dibenarkan maka perbuatannya diibaratkan seperti telah membunuh seluruh umat manusia.

Sedemikian hati-hatinya Islam dalam menjaga keutuhan nyawa seseorang, yang tentunya sangat bertentangan dengan segala kejadian di penjuru dunia yang kabarnya dilakukan oleh mereka yang mengatasnamakan Islam, hingga melahirkan sikap Islamophobia pada sebagian besar masyarakat internasional.

Padahal secara realistis, perbuatan yang dilakukan oleh seseorang itu adalah tindakan pribadi, atau mungkin kelompok, tapi bukan ajaran agama. Tidak ada bedanya seperti kasus seorang hakim, yang seharusnya menegakkan keadilan dalam menangani perkara, namun tidak melakukannya karena telah termakan uang suap, hal itu merupakan perbuatan personal, tidak bisa menyalahkaprahkan hukum yang telah ada, sebab hukum telah dibuat seadil-adilnya, hanya saja oknumnya melakukan pelanggaran, jelas tersirat bahwa individunya yang melakukan kesalahan, dan bukan hukumnya.

Kesalahan individu bukan kesalahan agama

Demikian juga dengan agama Islam, tidak ada yang salah dalam ajaran agama tersebut, jangankan melakukan perbuatan yang menghilangkan nyawa, menyakiti seseorang baik dengan tangan ataupun perbuatan saja sudah dilarang dan dianggap dosa, sebab segala sesuatu akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Tuhan di hari pembalasan kelak. Jadi sangat tidak masuk akal bila ada sebagian orang membenci Islam namun tidak memahami duduk persoalannya.

Seseorang yang menjadi sangat membenci Islam setelah adanya sebuah peristiwa atau kejadian, kemungkinan besar dia tidak memahami apa dan kenapa sebuah peristiwa terjadi, serta gagal paham bahwa perbuatan pribadi, personal , individu, ataupun kelompok tidak bisa disamaratakan dengan sebuah ajaran agama secara keseluruhan, sebab tindakan individu sangat dipengaruhi oleh faktor kebiasaan, cara pandang, tingkat pendidikan, kecerdasan emosi, dan pola perilaku yang dimilikinya.

Islamophobia tidak akan terjadi jika orang berpikir secara nalar dan realistis, tidak berdasar emosi dan pemahaman sesaat. Istilahnya tidak "gebyah uyah", sehingga tidak semua orang yang menganut agama Islam dirugikan. Misal terjadinya peristiwa mengoyak emosi di belahan bumi bagian selatan, tapi tidak akan membuat penduduk belahan bumi bagian utara menjadi antipati sebelum memikirkannya secara realistis dan nalarisme.

Salah paham tentang Nabi

Maulid Nabi sebagai peringatan perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW, merupakan peristiwa suci yang mengingatkan kembali pada kepribadian Nabi, santun, amanah, bisa dipercaya, dan jujur. 

Tentunya kita masih ingat kisah tentang nabi, bagaimana beliau tidak pernah membalas semua perbuatan jahat musuh-musuhnya, tapi justru malah memaafkan dan mendoakannya. Jika perilaku Nabi yang menjadi tuntunan menjelang akhir zaman sedemikian mulianya, lalu apakah mungkin nabi mengajarkan bom bunuh diri?Bukankah Allah dalam firmanNya melarang keras perbuatan bunuh diri? Jadi jika ada yang melakukan perbuatan tercela itu, haruskah menyalahkan agamanya atau individu pelakunya?

Nabi adalah pribadi yang bersih, poligami yang dilakukan bukan bertujuan merendahkan wanita, namun membantu mereka dari segi ekonomi dengan merawat anak-anak yang ditinggalkan bekas suami mereka, sebab yang dinikahi Nabi adaah janda-janda tua dan miskin dengan banyak anak. Sangat bertolak belakang dengan kenyataan poligami di zaman ini, yang justru terjadi karena faktor nafsu, kecantikan, dan pelakor semata.

Saat Nabi menikahi Aisyah yang kala itu masih remaja, bukan berati Nabi phaedhopilia seperti yang dituduhkan oleh banyak pihak selama ini, sebab Aisyah dinikahi dengan maksud menunjukkan bahwa gadis yang sudah beranjak remaja demi menghindari perzinahan sebaiknya dinikahkan, namun bukan berarti menyuruh semua bocah wanita harus menikah dibawah umur, hal itu hanya berlaku sebagai sebuah keadaan darurat, seperti yang terjadi di zaman sekarang ini, banyak gadis-gadis di bawah umur yang terjerat prostitusi online dan pergaulan bebas, merupakan sinyal darurat dari beragam pilihan, lebih baik pilihan yang mana? Tak ada paksaan dalam Islam untuk menikahkan gadis-gadis dibawah umur, namun jika menghadapi keadaan gawat darurat seperti prostitusi dan pergaulan bebas, maka tak ada pilihan lain selain melindungi dan menyelamatkan harkat dan martabatnya.

Islam sangat loyalitas pada pendidikan tinggi dan kemajuan karir yang diraih wanita, jika mampu meraih semuanya, hal tersebut akan sangat diapresiatif, sebab wanita berilmu dan cerdas akan mampu mendidik anak-anaknya sebagai generasi penerus dengan lebih. baik. Namun jika keadaan yang terjadi adalah jeratan kemiskinan yang membawa ke arah prostitusi, ataupun ketidakmampuan membentengi diri dari pergaulan bebas, maka sudah pasti harus ada langkah darurat yang harus dilakukan untuk menyelamatkan.

Kemuliaan Islam telah tergerus sekian waktu oleh Islamophobia, semua terjadi akibat kekurangpahaman terhadap keluhuran Islam itu sendiri. Pandangan yang negatif terhadap perbuatan individu tertentu, namun salah kaprah menyikapinya sebagai ejawantah agamanya, padahal tak semua orang mampu dengan sempurna mewujudkan ajaran agamanya.

Pandangan salah kaprah yang menganggap Islam diskriminatif terhadap wanita, adalah juga salah satu contoh ketidakpahaman dan ketidak mampuan memahami dan mendalami Islam secara tersirat ataupun  tersurat melalui firman-firman Tuhan.

Diperlukan kecerdasan resolusi tingkat tinggi untuk dapat memahami Islam yang sesungguhnya, sebab harus jujur diakui, penulis dahulu juga pernah salah paham dan salah kaprah tentang Islam, kurang memahami secara tersirat dan tersurat tentang firman-firman Tuhan. Kini seiring waktu, dengan mempelajari, menggali, memahami segala hal yang tersirat dan tersurat, maka makin mendalam kecintaan terhadap Islam itu sendiri. Menyadari bahwa kasih Allah sedemikian besar melingkupi jiwa raga  seluruh makhluk ciptaan-Nya. 

Stop Islamophobia jika tidak mampu memahami Islam yang sesungguhnya, sebab dasar dan petunjuk hukum Islam sangat jelas, selain bersumber dari firman Tuhan yakni AlQur'an, lalu Hadits nabi yang terdiri dari kata-kata dan perbuatan nabi, kemudian Ijma' yakni pendapat sahabat sepeninggal nabi, dan Qiyas, merupakan pendapat ulama dalam menyikapi suatu keadaan di zaman sekarang, yang di zaman nabi dan sahabat Nabi belum pernah terjadi. Dan terakhir Ijtihad, yakni kemampuan seseorang didalam menyikapi dan memikirkan suatu keadaan berdasar dalil-dalil yang ada.

Kini kita dapat dengan mudah memahami, bahwa jika terjadi perilaku merusak, membunuh, melakukan pengeboman dan penyerangan, hal itu terjadi akibat perilaku individu, dan bukan agamanya.

Dengan peringatan Maulid Nabi, Stop Islamophobia, mari menjaga toleransi dengan saling menjaga dan melindungi umat manusia, sebab dengan sikap saling menjaga perasaan umat satu sama lain, maka tidak akan terjadi peristiwa penghinaan terhadap agama lain, seperti pembuatan karikatur Nabi, pengeboman tempat ibadah, dan segala hal yang hanya membuat kerukunan umat menjadi kacau balau akibat sikap gagal paham dan egoisme semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun