Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teori Picik Pemisah Kaum Agamis dan Kaum Pancasilais

16 Agustus 2021   21:04 Diperbarui: 16 Agustus 2021   21:27 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bung Tomo (pic: indisch4ever.nu)

Sehingga si tukang adu domba hanya perlu duduk manis menonton, dan seakan terkesan tidak ikut campur tangan.

Akibat teori picik ini, kini berkembang sebuah prasangka bahwa mereka yang agamis pastilah tidak pancasilais, dan hal itu dibumbui si pengadu domba dengan pokesan hoaks yang seakan fake, meramu bumbu-bumbu dengan beragam polesan agar terlihat banyak hal-hal dalam pancasila yang bertentangan dengan agama. 

Dan ujung-ujungnya hoaks itu ampuh mempengaruhi mereka yang kurang berpikiran luas. Sehingga hal yang ditunggu-tunggu tukang adu domba terjadi, protes sepihak yang dilakukan pihak agamis dilihat oleh kaum pancasilais sebagai bentuk perlawanan dan tantangan. 

Di saat itulah kaum pancasilais memandang kaum agamis sebagai kaum penentang, maka bergeraklah propaganda si pengadu domba yang mengobarkan kenyataan bahwa kaum pancasilais adalah mereka yang jauh dari agama, sehingga makin menimbulkan keinginan kaum agamis untuk melawan.

Hal-hal pertentangan seperti inilah yang menjadii cita-cita si tukang adu domba, dengan sibuknya kaum pancasilais dan agamis berperang sendiri, maka ajaran si tukang adu domba otomatis naik ke permukaan, menjadi sebuah ideologi unggulan yang terlihat seperti sebuah pilihan terbaik dibandingkan mereka yang sibuk bertikai.

Muncullah simpati dari berbagai pihak, yang bisa jadi menamakan dirinya kaum netral, ataupun mereka yang merasa jengah dari kaum pancasilais ataupin agamis, yang kemudian bergabung dengan ideologi baru yang tampaknya lebih baik, padahal sejatinya adalah si tukang adu domba dengan topeng fitnahnya.

Misi tukang adu domba penjual ideologi

Kita sering melupakan adanya tukang adu domba di sekitar kita, bahkan terkadang tertipu habis-habisan dengan sikap manis dan sikap yang seolah  bijak dari mereka, sehingga kita tergerak untuk pro si tukang adu domba ketimbang mendamaikan pihak yang bertikai.

Timbul sebuah kesan salah paham bahwa kaum agamis pasti tidak pancasilais, dan kaum pancasilais pasti tidak agamis, padahal kaum agamis sudah pasti pancasilais, sebab sila-sila Pancasila adalah bersumber dari nilai-nilai agama. Justru yang patut dipertanyakan adalah mereka yang mengaku sebagai pancasilais namun jauh dari aturan-aturan agama, sudah pasti mereka bukan pancasilais, sebab pancasila bersumber dari nilai-nilai keagamaan. 

Contoh termudah adalah dari sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, pastinya tidak akan terlepas dari aturan agama karena berkaitan dengan Tuhan, perintah dan larangan-Nya, ketika ditemukan mereka yang mengaku pancasilais tapi melakukan hal yang dilarang agama ,maka patut dipertanyakan jiwa pancasilaisnya.

Sudah saatnya berhenti mengadu domba dan memisahkan antara pancasilais dengan agamis, sebab keduanya sama-sama saling berkaitan erat, tak bisa dipisahkan satu dengan lainnya, sebab dilahirkan oleh Ibu pertiwi di alam Indonesia yang majemuk, dan dimerdekakan dengan darah dan air mata para pejuang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun