Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Doyan Merekam Orang Mandi, Bukti Tumpulnya Hati Nurani

16 Mei 2021   21:32 Diperbarui: 16 Mei 2021   21:35 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi orang mandi (pic: ayobogor.com)

Yang  patut menjadi catatan kita bersama, di jaman yang serba gila, dengan alasan dan atas nama kebebasan, pelanggaran norma-norma telah dianggap sesuatu yang berani, malu dan tabu hanya cerita masa lalu sebab hati nurani telah tumpul.

Seandainya hati nurani yang bersumber dari norma kesusilaan masih peka, tentunya ada bisikan rasa bersalah dari hati nuraninya tentang perbuatan yang dilakukan. Bahkan norma agama pun mungkin hanya teori hingga benar-benar ditinggalkan, sebab seandainya hal itu masih dipakai, tentunya si pelaku akan ingat bahwa cctv Tuhan mengikuti langkah dan perbuatannya hingga masuk kubur, hingga kemudian dipertanggungjawabkan di akhirat kelak di hari akhir.

Anggapan hidup hanya sekali saja

Saat norma kesopanan ditabrak tanpa rasa bersalah, hingga tidak pernah berpikir bahwa yang dilakukan melanggar norma kesopanan, sebab merekam orang tanpa ijin saja sudah tidak sopan, apalagi dalam keadaan bugil. 

Hal ini menunjukkan konsekwensi pemahaman hukum si pelaku amburadul, dia tidak berpikir bahwa risiko di dunia bisa dijerat hukum akibat perbuatan tidak menyenangkan, sedangkan di akhirat hukum Tuhan jelas diperhitungkan.

Namun, ketika semua dinafikkan dan dianggap tidak ada, maka itulah yang terjadi, anggapan hidup hanya sekali saja, jadi kapan lagi? Ditambah tidak yakinnya akan ada pertanggung jawaban di hadapan Tuhan, sebab menganggapnya hanya dongeng sebelum tidur. 

Bisa dibayangkan ketika semua norma dilabrak, maka hukum rimbalah yang terjadi, tak ada kesopanan, tak ada kesusilaan, menafikkan agama, dan hukum dianggap permainan. 

Seperti apa kehidupan bila tanpa aturan dan pertanggungjawaban? Yakinkah hidup seperti itu? Lalu untuk apa manusia diciptakan bila tidak ada pencipta-Nya? Mungkinkah manusia menciptakan dirinya sendiri? Yakinkah tidak ada hari akhir? Lalu bagaimana dengan sebuah permainan game, yakinkah menarik bila tidak ada pemenangnya? hambar pastinya.

Meskipun dunia sudah banyak menafikkan Tuhan dan mencampakkan norma-norma,  tetaplah berpegang kepada-Nya, sebab Tuhan tidak bisa dipahami secara kasat mata seenaknya. 

Keterbatasan otak serta pemikiran terkadang membuat kita tidak mudah  memahami seperti apa awal kehidupan saat bumi diciptakan, atau saat setan membuat Adam Hawa terusir dari surga, atau tentang ruh di saat kematian, sebab semua adalah rahasia Tuhan, yang pasti terungkap disaat hari perhitungan nanti. 

Tuhan itu ada, percayalah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun