Mohon tunggu...
Falisha Ghina Rahman
Falisha Ghina Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS AIRLANGGA

hobi saya mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keberagaman adalah kekayaan, Bukan Senjata

8 Januari 2025   19:00 Diperbarui: 8 Januari 2025   19:00 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Acara Suku (Sumber Freepik.Com)

Indonesia, dengan lebih dari 17.000 pulau, 1.340 suku bangsa, dan lebih dari 700 bahasa daerah (Badan Pusat Statistik, 2021), adalah salah satu negara paling beragam di dunia. Keberagaman ini menjadi identitas nasional yang tertuang dalam semboyan "Bhinneka Tunggal Ika," yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Namun, keberagaman yang seharusnya menjadi kekuatan sering kali disalahgunakan, terutama dalam konteks politik.

Keberagaman Sebagai Kekayaan
Keberagaman memberikan nilai tambah dalam berbagai aspek kehidupan:
1. Budaya sebagai Identitas Bangsa
UNESCO mencatat bahwa beberapa warisan budaya Indonesia, seperti batik, wayang, dan angklung, telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia. Keberagaman budaya ini tidak hanya menjadi kebanggaan nasional tetapi juga daya tarik pariwisata yang menyumbang 4,2% terhadap PDB Indonesia pada 2022 (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2022).
2. Inovasi dan Kreativitas
Penelitian oleh McKinsey & Company (2020) menunjukkan bahwa keberagaman dalam tim kerja meningkatkan inovasi hingga 35%. Hal ini relevan di Indonesia, di mana berbagai latar belakang menciptakan perspektif yang unik dan solusi yang kreatif.
3. Keberagaman dan Ekonomi
Data dari Bank Indonesia (2023) menunjukkan bahwa sektor ekonomi kreatif berbasis budaya menyumbang lebih dari Rp1.200 triliun pada tahun 2022. Kuliner, fashion, dan seni tradisional menjadi motor penggerak utama yang memanfaatkan keberagaman lokal.
Bahaya Keberagaman yang Dijadikan Senjata
Sayangnya, keberagaman sering kali disalahgunakan sebagai alat untuk mencapai kepentingan politik. Fenomena politik identitas, di mana perbedaan agama, suku, atau budaya dijadikan isu utama, menjadi tantangan serius.
Contoh nyata adalah Pemilu 2017 di DKI Jakarta, di mana sentimen agama digunakan dalam kampanye. Lembaga Kajian Strategis dan Pembangunan (2020) mencatat bahwa politik identitas selama pemilu ini menciptakan polarisasi yang tajam di masyarakat, bahkan berlanjut setelah pemilu usai.
Polarisasi ini tidak hanya merusak harmoni sosial tetapi juga menghambat pembangunan. Studi oleh World Bank (2021) menyebutkan bahwa negara dengan tingkat polarisasi tinggi mengalami penurunan produktivitas hingga 15% karena konflik sosial.


Langkah-Langkah untuk Menjadikan Keberagaman Sebagai Kekuatan
Agar keberagaman tetap menjadi kekayaan, perlu langkah konkret:
1. Edukasi Toleransi
Pendidikan inklusif yang mengajarkan nilai-nilai keberagaman dan toleransi sejak dini menjadi kunci. Program seperti Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) telah menunjukkan hasil positif dalam membangun lingkungan belajar yang inklusif (Kemendikbud, 2022).
2. Penegakan Hukum
UU No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis harus diterapkan secara konsisten untuk mencegah penyalahgunaan keberagaman sebagai alat provokasi.
3. Dialog Antarbudaya
Forum dialog seperti Kongres Kebudayaan Nasional (2022) telah membuktikan efektivitasnya dalam meningkatkan pemahaman antar kelompok. Melibatkan masyarakat secara langsung dalam diskusi ini menciptakan rasa memiliki terhadap keberagaman.
4. Menolak Politik Identitas
Tokoh masyarakat dan politisi harus menolak menggunakan isu identitas untuk meraih kekuasaan. Presiden Joko Widodo, dalam berbagai kesempatan, mengingatkan bahaya politik identitas yang dapat memecah belah bangsa (Setkab, 2023).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun