Mohon tunggu...
Falidan Ahmad
Falidan Ahmad Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara Kemdikbud

sejarah tentang kita hanya bisa terukir dari sebuah karya...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Permainan Tradisional

30 Januari 2021   20:49 Diperbarui: 30 Januari 2021   20:51 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Lalu, bagaimana implementasi Penguatan Pendidikan Karakter berbasis permainan tradisional di Sekolah Dasar? Langkah pertama, sekolah membuat regulasi program "sari saper". Sari saper adalah akronim dari satu hari satu permainan tradisional. Siswa wajib bermain satu permainan tradisional pada jam istirahat. Program sari saper diharapkan berimplikasi pada pembentukan sikap jujur, toleransi, kerjasama, semangat kebangsaan, dan cinta tanah air. Apabila program sari saper ini dilakukan secara berkesinambungan, harapannya bisa diadopsi menjadi program konservasi skala nasional karena saat ini anak-anak usia Sekolah Dasar sudah banyak yang tidak mengenal berbagai macam bentuk permainan tradisional.

Program sari saper sebaiknya dilakukan bervariasi untuk mengantisipasi kebosanan. Misalnya hari Senin bermain merdeka karet, Selasa bermain Bekelan, Rabu untuk Dham-dhaman, Kamis untuk Gobag Sodor, Jumat Egrang dan Sabtu bermain Bethik. Agar hasilnya maksimal, sekolah perlu mendesain halaman menjadi sebuah ruang konservasi terpadu (tempat bermain sekaligus memupuk karakter). Paving halaman sekolah digambari papan Dakon, Gobag Sodor, Bethik, dan Engklek sebagai arena permainan massal. Modifikasi halaman sekolah menjadi ruang konservasi terpadu ini tentunya bisa terealisasi dengan mudah karena biayanya cukup murah.

Kedua, sekolah mengadakan pemilihan "duta konservasi" sebulan sekali. Teknis pemilihannya berdasarkan keaktifan semua siswa selama mengikuti program sari saper. Indikator untuk menentukan siapa yang menjadi duta konservasi diperoleh berdasarkan hasil evaluasi diri yang dikonfirmasi dengan penilaian antar teman. Duta konservasi dilantik saat upacara bendera setiap hari Senin awal bulan disematkan tanda penghargaan (pin, selendang, atau atribut lain). Bentuk apresiasi ini memang sederhana, tetapi dampaknya luar biasa karena dapat memicu dan memacu mereka untuk menjadi duta konservasi budaya yang sebenarnya. Nilai- nilai karakter yang diharapkan dari pemilihan duta konservasi ini antara lain: rajin, disiplin kerja keras, demokratis, dan saling menghargai prestasi.

Ketiga, sekolah mencanangkan gerakan "Grebeg Dolanan". Grebeg dolanan adalah bentuk kolaborasi antara guru dan siswa, bertanding berbagai macam permainan tradisional di ruang konservasi terpadu. Grebeg dolanan bisa dijadwalkan sebulan sekali dilaksanakan pada hari Jumat minggu terakhir. Permainan tradisional yang dipertandingkan misalnya: balap karung, balap bakiak, engklek, dan egrang. Nilai-nilai karakter yang dibangun setelah mengikuti kegiatan ini antara lain: kerjasama, pantang menyerah, berani, percaya diri, dan kekeluargaan. Gerakan ini akan sangat menginspirasi karena sebagai bentuk "keteladanan kontekstual" dibandingkan hanya menyampaikan muatan nilai-nilai karakter secara tektual.

Langkah terakhir dari Penguatan Pendidikan Karakter berbasis permainan tradisional adalah membuat "museum konservasi" untuk menyimpan alat, dokumentasi hasil karya siswa, ensiklopedia, dan portofolio yang terkait produk kebudayaan nasional. Museum konservasi akan lebih representatif apabila dibuat pada ruangan tersendiri. Namun jika kondisi sekolah tidak memungkinkan, keberadaannya dapat digabung dengan perpustakaan. Pembuatan museum konservasi ini dapat memupuk karakter integritas, nasionalisme, dan cinta tanah air. Manfaat jangka panjangnya, museum konservasi memberikan nilai tambah saat akreditasi sekolah sekaligus mewujudkan visi dan misi sebagai sekolah unggulan berbasis konservasi budaya.

Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter berbasis permainan tradisional tentu membutuhkan komitmen dan dukungan dari semua stakeholders. Lazimnya sebuah inovasi, pasti memiliki tantangan dari sisi anggaran, sumber daya, dan rekomendasi. Manakala program ini berhasil diterapkan, sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat edukasi, tetapi juga alat proteksi karakter dari pengaruh negatif globalisasi. Bahkan, sekolah yang mampu menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis permainan tradisional berpeluang sebagai pioner sekolah rujukan nasional. Sudah waktunya siswa Sekolah Dasar diarahkan untuk mampu berpikir global tetapi tetap berpegang teguh pada kearifan lokal. Mari optimis, merintis sekolah sebagai rumah ilmu, proteksi karakter, dan ruang konservasi!.

Daftar Referensi

 Ahmad, Falidan. 2020. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Permainan Tradisional, Konsep dan Implementasi di SD. Malang: Dream Litera

Ahmad, Falidan. 2014. Pengembangan Model PBL Berbasis Permainan Dakosumalintang Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah.Tesis. Universitas Negeri Semarang

Kemdikbud.2016. Modul Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemdikbud

Listiyani, Syarifah. 2018. Nilai karakter pada Permainan Tradisional: Penelitian Etnografi pada Komunitas Hong Kota Bandung. Jurnal Pena Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia. Nomor 2 Voume 2 Halaman 4-7

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun