Mohon tunggu...
Falah Yu
Falah Yu Mohon Tunggu... Guru - ngajar

juga suka dagang sambil nunggu warung diisi catat mencatat tulis menulis ketik mengetik kata mengata

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Janji Bombastis Membuat Terpilih Menjadi Kepala Negara, Gubernur, Bupati/Walikota?

20 Oktober 2024   10:05 Diperbarui: 20 Oktober 2024   19:55 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Janji-janji manis ini, meskipun sering kali dianggap sebagai strategi populis, menunjukkan bagaimana komunikasi politik dapat digunakan untuk membangun harapan dan kepercayaan masyarakat terhadap calon pemimpin mereka. Tetapi perlu diingat bahwa realisasi dari janji-janji tersebut sering kali terhambat oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan pemerintah yang kompleks dan keterbatasan anggaran.

Di luar negeri, contoh janji politik manis yang berhasil menarik perhatian pemilih :

1. Kampanye Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2016. Trump mengusung slogan "Make America Great Again" dan menjanjikan untuk membangun tembok di perbatasan Meksiko untuk menghentikan imigrasi ilegal. Janji ini, meskipun menuai banyak kritik, berhasil menarik dukungan dari segmen pemilih yang merasa terpinggirkan oleh kebijakan imigrasi sebelumnya (Mounk, 2018).
2. Kampanye Boris Johnson (Inggris), dalam kampanye Brexit, Boris Johnson berjanji bahwa keluar dari Uni Eropa akan memungkinkan Inggris untuk mendapatkan kembali 350 juta per minggu yang kemudian bisa diinvestasikan pada sistem kesehatan nasional (NHS). Janji ini kemudian terbukti tidak sepenuhnya akurat dan menjadi kontroversi, tetapi berhasil mendorong suara Brexit.
3. Dalam pemilihan umum di Prancis, Marine Le Pen dari partai National Rally menjanjikan pengurangan pajak dan perlindungan terhadap industri lokal. Janji-janji ini seide dengan pemilih yang merasa terancam oleh globalisasi dan perubahan ekonomi. Menurut Mudde (2004), penggunaan retorika populis ini sering kali menciptakan perpecahan dalam masyarakat, tetapi juga berhasil menggerakkan suara pemilih yang sebelumnya apatis.

Apa Penyebab Janji Politik Dapat Menarik Pemilih?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan janji manis politik, terutama yang bersifat bombastis, dapat menarik perhatian pemilih.

1. Ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang ada sering kali menciptakan ruang bagi janji-janji ambisius. Ketika masyarakat merasa bahwa masalah-masalah yang mereka hadapi tidak ditangani dengan baik oleh pemerintah yang ada, mereka cenderung mencari alternatif yang menawarkan solusi cepat dan jelas (Mounk, 2018).
2. Penggunaan media sosial dan teknologi informasi juga berperan penting dalam penyebaran janji-janji politik. Calon pemimpin dapat dengan mudah menjangkau pemilih melalui platform-platform, sehingga pesan-pesan mereka lebih mudah diakses dan diterima oleh masyarakat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Benoit (2007), komunikasi yang efektif dalam kampanye politik sangat dipengaruhi oleh cara pesan disampaikan dan diterima oleh audiens.
3. Harapan akan perubahan juga menjadi pendorong kuat bagi pemilih untuk mendukung calon yang menawarkan janji-janji bombastis. Dalam banyak kasus, pemilih lebih memilih untuk percaya pada janji-janji yang menjanjikan perubahan besar, meskipun ada risiko bahwa janji tersebut mungkin tidak dapat terpenuhi. Hal ini menciptakan fenomena di mana pemilih cenderung optimis dan berharap akan adanya perbaikan yang signifikan setelah pemilu.
4.Teori komunikasi politik dan teori perilaku pemilih. Dalam komunikasi politik, janji-janji yang disampaikan oleh calon pemimpin berfungsi sebagai alat untuk membangun citra dan kredibilitas. Menurut Benoit (2007), efektivitas komunikasi politik sangat bergantung pada bagaimana pesan disampaikan dan diterima oleh masyarakat. Janji-janji yang manis sering kali dirancang untuk menciptakan dampak emosional yang kuat, sehingga dapat memengaruhi sikap dan perilaku pemilih.
5. Faktor-faktor psikologis dan emosional. Janji-janji manis yang menawarkan harapan akan perubahan dapat memicu respons emosional yang kuat dari pemilih, sehingga mereka lebih cenderung untuk memberikan suara kepada calon yang mengusung janji tersebut.

Penelitian menunjukkan bahwa pemilih yang merasa terhubung secara emosional dengan calon pemimpin lebih mungkin untuk mendukung mereka dalam pemilu (Mounk, 2018).

Janji-janji manis tidak hanya sekadar retorika, tetapi juga merupakan bagian integral dari strategi kampanye yang dirancang untuk menarik perhatian dan dukungan masyarakat.

Apa Kesimpulan dan Saran untuk Calon Pemilih?

Jadi kesimpulannya, janji-janji manis yang diusung oleh calon kepala negara, gubernur, dan bupati/walikota memiliki daya tarik yang kuat bagi pemilih. Meskipun banyak dari janji tersebut mungkin tidak sepenuhnya terealisasi, mereka dapat menciptakan harapan dan meningkatkan partisipasi pemilih dalam proses demokrasi.

Calon pemilih disarankan untuk tetap kritis dan cermat dalam menilai janji-janji tersebut, dengan mempertimbangkan realisme dan keberlanjutan dari setiap komitmen yang diusulkan.
Calon pemilih sebaiknya melakukan pengamatan terhadap rekam jejak calon serta kebijakan yang diusulkan. Memahami konteks sosial, ekonomi, dan politik yang ada dapat membantu pemilih membuat keputusan yang lebih jelas dan tidak terjebak dalam janji-janji yang mungkin hanya bersifat populis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun