"Ah, kalau gitu Arpan pasti file corrupt yang langsung aku quarantine! Biar gak nyebarin error di mana-mana" ujar Sando.
"Haha, Sando Sando. Kamu itu ibarat RAM kecil. Multitasking dikit, langsung nge-lag!
Mira pun tertawa terkekeh, "Eh, ngomong-ngomong soal RAM, Sando kamu tahu nggak, kalau kamu sering disconnect, mungkin RAM-nya kurang kali ya? Butuh upgrade tuh!"
"Hah, Mira, kamu jangan salah. Aku ini udah kayak SSD, cepat, responsif, dan hemat energi!", ujar Sando.
Arpan menyahu cepat, "SSD? Paling juga SSD abal-abal, baru dipakai setahun langsung bad sector!"
Mira menertawakan keduanya, "Kalian ini, aku rasa kalian lebih mirip dua driver yang gak compatible satu sama lain. Bikin sistem crash terus!"
Sando akhirnya melunak, "Yaudah, daripada ngotot-ngototan, gimana kalau kita install ulang aja pertemanan ini? Biar semuanya clean dan bebas bug!"
Arpan juga melunak, "Setuju! Tapi yang penting, jangan lupa backup file-file penting, kayak momen-momen kita saling olok-olok ini."
Mira pun mengakhiri olok-olok dengan tertawa, "Hahaha, ya, file-file olok-olok itu jangan sampai hilang. Siapa tahu nanti kita butuh untuk ngolok-ngolok lagi di masa depan!"
Mereka bertiga pun tertawa bersama, menutup sesi olok-olok mereka dengan suasana yang penuh canda. Meskipun sering saling mengejek, persahabatan mereka semakin kuat dengan setiap olok-olokan yang dilontarkan. Meski Sando dan Arpan pernah bersaing demi perhatian Mira, pada akhirnya mereka sadar bahwa persahabatan mereka lebih penting dan lebih berarti.Â
Mereka bertiga terus bersahabat hingga lulus sekolah, dan setiap kali mengingat masa-masa itu, mereka selalu tertawa bersama. Persahabatan mereka menjadi bukti bahwa dalam setiap persaingan, ada hal-hal yang lebih berharga dari sekadar menang atau kalah yaitu tawa dan kebersamaan. (falah yunus)