Mohon tunggu...
Falah Yu
Falah Yu Mohon Tunggu... Guru - guru

saya guru SMK di Samarinda kota penyangga IKN, suka catat mencatat tulis menulis ketik mengetik kata mengata omom mengomon

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Pertama di Ruang Kelas

15 September 2024   07:50 Diperbarui: 15 September 2024   08:06 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rio adalah peserta didik SMK Samarinda yang cerdas dan tampan. Ia memiliki banyak teman dan selalu aktif dalam berbagai kegiatan sekolah. Namun, di balik sikapnya yang ceria, Rio menyimpan rahasia besar: ia menyimpan rasa suka pada Bu Rizki, guru Bahasa Indonesianya yang sangat cantik dan berwibawa. Setiap hari ia selalu menantikan pelajaran Bahasa Indonesia. Bukan hanya karena ia menyukai mata pelajaran tersebut, tetapi juga karena gurunya, Bu Rizki.

Bu Rizki memang seorang guru Bahasa Indonesia yang sangat dicintai peserta didiknya. Ia dikenal dengan senyumnya yang hangat dan penjelasannya yang lugas. Setiap hari, kelasnya selalu riuh dengan gelak tawa dan semangat belajar. Senyumnya yang hangat dan cara mengajarnya yang inspiratif, selalu menjadi pusat perhatian bagi peserta didik di sekolah. Rio merasa terpesona oleh kecerdasan dan kebaikan hati Bu Rizki. Ia seringkali mencari-cari alasan untuk mendekati Bu Rizki, baik itu dengan bertanya tentang pelajaran atau sekadar membantu Bu Rizki membawa buku.

Seiring berjalannya waktu, rasa kagum Rio pada Bu Rizki berubah menjadi perasaan yang lebih dalam. Ia mulai memperhatikan setiap detail tentang Bu Rizki, mulai dari cara Bu Rizki berbicara, cara Bu Rizki menulis di papan tulis, hingga cara Bu Rizki tersenyum. Rio merasa bahwa Bu Rizki adalah sosok yang sempurna.

Pada hari Rabu, setelah pulang sekolah, Rio memberanikan diri untuk menulis surat kepada Bu Rizki. Dalam surat itu, Rio mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya. Esok pagi di jam pertama, dengan tangan gemetar surat diletakkan di atas meja Bu Rizki. Pagi itu suasana kelas terasa berbeda. Setelah membagikan tugas, Bu Rizki menemukan sebuah amplop kecil di atas mejanya. Tulisannya yang khas membuat Bu Rizki langsung tahu siapa pengirimnya.

Dengan hati berdebar, Bu Rizki membuka amplop itu. Didalamnya, terlipat rapi selembar kertas berisi tulisan tangan yang indah. Isinya membuat Bu Rizki tertegun. Dengan bahasa yang polos dan penuh perasaan, peserta didik bernama Rio mengungkapkan kekagumannya pada Bu Rizki. Rio menuliskan betapa Bu Rizki menginspirasinya untuk lebih mencintai Bahasa Indonesia, dan bagaimana senyum Bu Rizki selalu membuatnya merasa nyaman.

Bu Rizki merasakan campuran perasaan yang rumit. Disatu sisi, ia merasa tersanjung dengan perasaan yang tulus dari peserta didiknya. Rio adalah peserta didik yang cerdas dan berprestasi, dan Bu Rizki selalu bangga melihat perkembangannya. Namun, disisi lain, Bu Rizki juga merasa dilema. Sebagai seorang guru, ia harus menjaga profesionalitas dan menjaga jarak dengan peserta didiknya.

Bu Rizki tahu bahwa perasaan seperti ini adalah hal yang wajar terjadi pada remaja. Namun, ia juga sadar bahwa membalas perasaan Rio akan berdampak buruk bagi keduanya. Ia tidak ingin merusak hubungan guru-peserta didik yang telah terjalin baik selama ini.

Setelah beberapa hari termenung, Bu Rizki memutuskan untuk berbicara dengan Rio secara pribadi. Keesokan harinya, Bu Rizki memanggil Rio ke ruang guru. Rio merasa gugup sekali. Ia takut jika Bu Rizki marah atau bahkan mengabaikan perasaannya. Namun, Bu Rizki menyambutnya dengan senyuman lembut.

"Rio, terima kasih sudah memberitahuku tentang perasaanmu," ujar Bu Rizki. "Aku sangat menghargai kejujuranmu."

Rio terdiam. Ia tidak menyangka Bu Rizki akan bereaksi seperti itu.

"Rio, kamu adalah peserta didik yang sangat baik," lanjut Bu Rizki. "Aku bangga padamu. Tapi, kamu harus ingat bahwa aku adalah gurumu. Ada batasan yang harus kita jaga."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun