Mohon tunggu...
Falah Yu
Falah Yu Mohon Tunggu... Guru - guru

Saya guru SMK Negeri 1 Samarinda suka catat mencatat tulis menulis ketik mengetik

Selanjutnya

Tutup

Horor

Pak Guru dan Hantu Kuyang

7 September 2024   22:12 Diperbarui: 7 September 2024   22:44 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam 2.05 malam saya pulang dari lembur kerja di sekolah, maklum saya tidak punya komputer sendiri di rumah padahal banyak pekerjan pengetikan yang sedang saya kerjakan. Sebagai guru obyekan saya selain mengajar adalah menjual jasa pengetikan skripsi untuk mahasiswa dan guru-guru yang sedang mengikuti program PGSM. Saya terpaksa mengetik di sekolah, entahlah apa pekerjaan saya ini termasuk korupsi dengan menggunakan fasilitas sekolah untuk keperluan pribadi.

Di perjalanan masuk ke perumahan saya harus melewati jalan yang masih sepi sekitar dua kilometer. Malam ini kebetulan hujan dan dingin sekali, saya berdebar-debar kalau mulai masuk ke perumahan melalui jalan sepi karena belum dibuat perumahan lagi. Bagaimana tidak, jalan keperumahan masih gelap, ada listrtik tapi lampunya banyak yang mati. Kejadian-kejadian penodongan, dan cerita yang seram-seram sering saya dengar dari orang-orang yang pernah mengalaminya. Vespa Sprint tahun 1976 saya geber dengan kencangnya, mulut saya bersuara keras menyanyi dan ngomong sendiri untuk memukul kesepian dan ketakutan.

Masuk ke jalan yang gelap ini hujan malah turun deras, dan jalanan banjir, disamping itu jalannya berlubang-lubang. Saya semakin ngeri dan ketakutan, mulai dari tadi bulu kuduk berdiri terus. Ini pertanda ada setan sedang gentayangan. Betul juga, di depan saya ada sekitar 20 anjing sedang berlari-lari dengan gonggongan yang aneh. Aauungggg, Aungggg ..... . anjing-anjing itu menghalangi jalan saya, saya amat takut dan lemas kaki saya. Gemeretak gigi saya, badan menggigil, mau berdo'a sudah terlambat kenapa tidak dari tadi. Mulut terasa sulit dibuka, cuma bisa Au, Au doang.

Sorot lampu kebetulan mengarah ke anjing hitam dan besar-besar itu. Entah dari mana ada anjing yang besarnya sebesar anak sapi, anjing hitam-hitam itu matanya menyala, membara, taringnya moncong seperti taring babi. Dia melototi saya, menggeram dan bergonggong melingkari saya. Tapi untungnya salah satu diantaranya, mungkin pemimpinnya kemudian lari dan teman-teman yang lain mengikuti dia. Anjing itu berlarian ke semak-semak ketika ada sebuah cahaya yang menyorot lewat begitu saja. Saya tidak begitu jelas. Tapi yang jelas anjing itu sedang mengejar cahaya.

Lega hati saya kemudian saya geber kendaraan saya lagi. Tapi tiba-tiba mesin mati.

"Dasar Vespa tua bikin susah saja", gerutu saya. Lalu saya starter lagi, starter lagi.

"Sialan, mati lagi, padahal tadi sore ganti busi", umpat saya. Terpaksa saya pinggirkan Vespa itu lalu membuka tutup mesinnya.

Belum sempat mengambil kunci busi, tiba-tiba di depan ada suara dan kelebat perkelahian. Itu adalah perkelahian setan dengan manusia, dalam keremangan malam dan ketika petir menyambar serta kilatan halilintar. Di depan saya jelas ada sosok makhluk yang aneh, saya tidak percaya tapi terpaksa melihatnya walaupun jelas sangat ketakutan. Gemetaran kaki dan lutut saya, tanpa sengaja air kencing saya keluar. Ini menandakan bahwa saya amat ketakutan.

Bagaimana tidak dua makhluk itu berkelahi. Yang satu cuma kepala, leher tanpa badan. Yang satu orang biasa. Orang biasa, seumuran saya. Oh, saya ingat sekarang, yang satunya adalah Pak Thalib yang biasa mengangkut sampah-sampah warga perumahan kami ke TPK. Mereka berkelahi sambil bertertiak-teriak :

"Pergi kadak ikam dari sini ", teriak pak Thalib
"Kadak, ulun lawas di sini. Rumah ulun di sini", hantu itu berkilah
Karena hantu kepala dengan bagian dalam tubuhnya yaitu jantung, hati, dan usus yanng terburai-burai itu ngotot tidak mau pergi. Pak Thalib menyerang dengan kerisnya, kerisnya mengeluarkan cahaya dan membabat ke tubuhnya.

Hantu itu melayang-layang dengan lincahnya. Pak Thalib juga melayang ke udara memburu hantu itu. Wess. wesss .. kena rambutnya. Cuma rambunya!
"Ikam bandel yah, sekali lagi ikam pergi kadak", teriak pak Thalib
"Kadak, Pak ai, ulun kadak handak pergi", jawab hantu dengan sorot matanya merah membara
'Ulun sudah puluhan tahun, tinggal di sini. Sejak di sini masih hutan", jawab hantu itu sambil menyeringai dan menyerang Pak Thalib.
Sekarang aku tahu, hantu itu seorang wanita, mulutnya ada taringnya dan meneteskan tetesan merah. Apa itu mungkin darah?. Saya tidak ingat itu hantu jenis apa, tapi hantu seperti itu pernah saya lihat di pulau Bali melayang-layang di atas rumah, waktu itu saya masih menjadi mahasiswa dan menggelandang di Bali. Saya juga ingat pernah melihat hantu itu di Thailand, di pantai Pattaya ketika saya dengan teman-teman melakukan studi pendidikan ke sana setahun yang lalu. Hantunya sama dan kenapa saya melihat hantu kepala, gigi bertaring dan meneteskan darah serta rambut panjang berurai-urai dan hanya dengan bagian dalam tubuhnya. Kemana badan, tangan dan kakinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun