ALHAMDULILLAH, untuk kesekian kalinya dapat kembali mengunjungi Sahah Grand Syaikh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmed Thayeb di Luxor, Selatan Mesir (sekitar 1000 km dari Cairo). Menemani Dr. Muhammad Agus Salim, Lc, MA., berikut keluarga dan 4 orang santrinya yang sedang melaksanakan program Rihlah Tarbawiyah Pondok Pesantren Al-Ihsan Wa Al-Taqwa, Kebumen-Jawa Tengah.
Sebelum perjalanan ke Sahah Syekh Ahmed Thayeb, terlebih dulu kami berkesempatan mengunjungi Luxor Temple, peninggalan raja-raja Fir'uan yang berusia lebih dari 3500 tahun lalu, diguide langsung oleh sahabat Mesir, Ust. Abdurrahman, seorang pengajar Sejarah dan Geografi di MA Al-Azhar Luxor, yang mana istrinya, Ustzah Fatimah, merupakan sahabat seangkatan Dr. Agus Salim pada Fakultas Bhs. Arab Univ. Al-Azhar Al-Syarif.
Matahari sudah mulai tenggelam saat kami ber-10 keluar dari komplek Luxor Temple yang amat megah nan mengagumkan itu. Sejenak, sambil menunggu transportasi yang akan mengantarkan kami ke Sahah Syekh Ahmed Thayeb, Ust. Abdurrahman mengajak kami ke kedai 'Ashir (Jus) terlebih dulu, dan 'ashir 'ashob (jus tebu) masih jadi favorit yang kami minum untuk melepas haus dahaga selama di dalam Luxor Temple. Eits, baru inget, sebenarnya setelah dari Luxor Temple, kami maghriban n ziarahan dulu ke makam Qutbul Ghouts (Wali Kutub) Luxor, yang makamnya berada di atas bangunan temple dan bekas gereja Romawi, yaitu Syaikh Yusuf Abul Hajjaj Al-Aqsury (w: 642 H). Oke lanjut...
Malam itu, kondisi kami sudah cukup lelah sebenarnya, karena seharian melakukan perjalanan cukup jauh mulai start dari Safaga, kemudian ke Qena dan terakhir ke Luxor. Tapi semangat untuk berkunjung ke Sahah mengalahkan rasa lelah, walhamdulillah bi fadlillah.
Sekitar jam 9 malam Ahad, akhirnya kami tiba di Sahah, kami disambut ramah oleh para khadim (pelayan) ndalem sahah dan dipersilakan untuk duduk di kursi paling depan menghadap kursi yang biasa diduduki Grand Syaikh dan kakak beliau Syaikh Muhammad Al-Thayeb. Sudah ada banyak masyarakat yang malam itu mengunjungi sahah dengan berbagai hajat yang ingin disampaikan kepada Grand Syaikh. Tidak lama kemudian, kakak kandung Grand Syaikh, Syaikh Thariqah Khalwatiyah, Syaikh Muhammad Al-Thayeb tiba, semoga  Allah selalu menjaganya dan panjangkan usianya. Amin ya Karim.
Sebelumnya, kami tidak menyangka kalau-kalau Grand Syaikh masih berada di Luxor, karena biasanya beliau hanya ada malam Jumat dan malam Sabtu saja setiap pekan, Sabtu-Kamis beliau berada di Kairo. Rupanya alhamdulillah, salah satu khadim Syaikh membisikkan kepada kami kalau sebentar lagi Grand Syaikh akan turun menemui para tamu. Alhamdulillah tsummal hamdulillah.
Sekitar jam 21.30 Grand Syaikh pun tiba. Beliau menyapa para tamu dan termasuk menyapai kami dengan penuh keramahannya. Satu persatu kami dipersilakan memperkenalkan diri, Imam Ahmed Thayeb juga menanyai studi kami. Dr. Agus Salim memperkenalkan rombongannya, termasuk ibunda, istri dan santri-santrinya. Grand Syekh sangat senang terlebih di antara santri Dr. Agus Salim itu ada yang sudah hafal 30 juz berikut Qiroat Asyroh padahal usianya baru 16 tahun. Bismillah MasyaAllah Tabarokallah.
Sekitar 10 menit menyapa kami, Grand Syaikh mulai melayani satu per satu orang Mesir yang mengadukan permasalahannya, atau silaturahhim biasa seperti kami, ada juga pasangan pengantin yang mengharap doa dari Grand Syaikh dan bersalaman.
Tidak lama setelah itu, kami diarahkan ke tempat jamuan. MasyaAllah, kami dijamu _farakh masywi_ (ayam bakar), 'isy (roti khas Mesir) dan kuah _Mulukhiyah_ Â khas Mesir. Alhamdulillah, inilah momen yang akan senantiasa dirindukan dari Mesir; keramahan dan perhatian masyaikh-nya juga kebersahajaan Grand Syaikh yang semoga selalu Allah Ridloi setiap langkah khidmah dan dakwahnya untuk dunia Islam dan umat manusia di mana pun berada. Amin yaRobbal Alamin.
Selepas jamuan makan, kami dipersilakan menempati tempat semula di hadapan Grand Syaikh. Sekarang giliran jamuan Syai bis-Sukkar (teh manis panas) yang dihidangkan untuk kami. Nikmat sambil memandangi wajah Grand Syaikh yang munawwar (bercahaya), dengan harapan semoga dengan memandang wajah dari keturunan Rasulullah Shollallahu 'Alaihi wa Alihi Wa Sallam itu, menambah keimanan dan kecintaan kita kepada Rasulullah dan Alul-Bait nya.
Kami melihat Grand Syaikh sangat serius menangani setiap aduan yang diterimanya, tidak jarang juga beliau mengontak langsung staf-stafnya untuk mengklirkan setiap persoalan yang diadukan.
Selang beberapa menit, Grand Syaikh menawarkan kepada kami untuk menginap 2-3 hari di Sahah, namun karena jadwal yang amat singkat, menyampaikan uzur/alasan kami. Ust. Abdurrhman pun menjelaskan kepada Grand Syaikh jika keluarganya sudah menyiapkan penginapan. Dan Grand Syaikh pun memastikan agar perjalanan kami dapat berjalan lancar.
"Madza Turiduun, Madza Tahtajuun" (Apa yang kalian inginkan dan butuhkan?), demikian tanya Grand Syaikh.
"Du'aakum wa Shihhatakum ya Maulana" (doa dan kesehatan yang mulia yang kami harapkan), jawab kami. Lalu beliau mendoakan yang terbaik dan kami pun pamit.
Sekitar jam 23.00 barulah beliau beranjak dari tempat duduknya, menyudahi rangkaian kegiatan di Sahah. Kami pun bergerak menuju kediaman Ust. Abdurrahman untuk beristirahat. Â Â
Matta'allah Fadhilatal Imam Al-Akbar Bis-Shihhah wal-'Afiyah, hafizhohullah wa-ro'ah... Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H