Mohon tunggu...
Farid Mamonto
Farid Mamonto Mohon Tunggu... Freelancer - Nganggur aja

Senang bercanda, sesekali meNUlis suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aturancu (Aturan-aturan Rancu)

15 Oktober 2020   09:07 Diperbarui: 15 Oktober 2020   09:21 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal itu juga yang membuat saya hidup enggan matipun tak mau. Kenapa? Satu sisi saya merasa wajib dan perlu untuk mendiskusikan ulang perihal UU Omnibus law bersama sahabat-sahabat, juga turun aksi bersama mengawal dan memberikan interupsi kepada DPR lewat aksi parlementer jalanan. Namun, di sisi yang lain saya diperhadapkan oleh realitas ekonomi pribadi. Saya tidak ingin bawa-bawa keluarga perihal ekonomi. Kita harus mandiri.

Oke lanjut, jarak antara tanah adat saya dilahirkan dengan kota manado tempat saya belajar cukup jauh. Lima jam perjalanan darat menggunakan kendaraan bermotor. Selain jarak yang jauh, akses menuju manado memerlukan uang saku yang cukup banyak. Saya pikir jika sahabat-sahabat yang sudah pernah mampir di kediaman saya pasti mengerti apa yang saya maksud.

"Ahhh paling hanya karena ingin ikut-ikutan saja turun ke jalan." Begitu kira-kira ucap salah satu kawan yang menjadi lawan diskusi minggu lalu.

Harus saya katakan dan jelaskan panjang lebar, bahwa kami sudah sedari awal melakukan interupsi perihal RUU Omnibus law. Tepatnya bulan maret 2020 sebulan setelah draft RUU diserahkan ke DPR untuk dibahas dan segera disahkan.

Kami sudah mengawal itu, jauh sebelum beredar video tiktok duo sejoli mencuri kesempatan saat aksi turun ke jalan viral. Dan semua menjadi baperan, berharap turun aksi bisa ketemu jodoh. Juga sebelum banyak tuntutan aksi yang di dalamnya bertuliskan "RUU Omnibus law sudah sah, Anya Geraldine dan aku kapan?" (Kira-kira begitu bunyi redaksinya).

Lalu pertanyaan perihal, "emang kalian sudah membaca tuntas dan mengkaji isi UU Omnibus Law?"

Jawabanya, belum. DPR saja sudah mengesahkan UU yang belum tahu mana draf aslinya. Buktinya hingga kini masih terus direvisi. Itu dulu kira-kira yang perlu kita interupsi, ada yang tidak benar. Bahwa kita tidak sedang baik-baik saja.

Lalu kapan turun aksi ke DPRD Bolmut?

Itu pertanyaan yang harus semua elemen gerakan jawab. Sudah sekian dulu curcol hari ini. Saya mau jualan lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun