Hari ini kita sudah cukup muak dengan aksi "anti-anti" bahkan "bela-bela". Gara-gara itu, ruang kita untuk mencari persamaan di antara perbedaan semakin terasa memiliki gap yang kian parah.
Dengan sangat masifnya perbincangan yang terjadi di ruang bernama "Media Online" candaan kita pun berpindah ke ruang itu, ruang di mana segala sesuatu menjadi sensitif.
Kenapa sensitif? Yaa, ruang itu menjadi sangat sensitif oleh karena kita tidak melakukan perjumpaan bahkan tatap wajah secara langsung, di ruang itu ada sesuatu yang memisahkan kita. Yang saya sebut dengan pedekatan emosional.
Kita tidak terbiasa untuk tampil jujur di ruang itu. Kita terbiasa dengan kepura-puraan, mengejar eksistensi. Sehingga ketika ada candaan-candaan seperti di atas itu menjadi makanan empuk untuk di goreng biar bisa eksis. Barangkali. Apalagi menjemput momen-momen untuk melakukan penggalangan masa sebanyak-banyaknya. Jelas hal itu sangat empuk untuk di mainkan. Mirisnya.
Akhir dari tulisan ini, saya ingin mengajak kepada kita sekalian. Ayo kita perbanyak ruang perjumpaan, masih ada banyak tawa yang bisa kita cipta. Tidak hanya sekedar menanggapi tertawa di Facebook (Fb) yang penuh tanda tanya, apakah tawa karena lucu atau justru meledek? Sudahlah.
Dari perjumpaan-perjumpaan yang intens lagi, barangkali kita masih bisa memupuk harapan agar anak muda juga bangsa ini, masih mempunyai selera dan semangat untuk mencari persamaan, guna memperkuat persatuan tanpa harus menghilangkan perbedaan.