Mohon tunggu...
Fakhrur Roziq
Fakhrur Roziq Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Belajar Menulis teruuus

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pemilu 2024

13 Februari 2024   17:29 Diperbarui: 13 Februari 2024   17:38 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

" Warung Kopi menjadi riuh. Pojok kanan menyerukan Perubahan, pojok kiri menyerukan Perbaikan, depan sendiri menyerukan lanjutkan. Dan tidak boleh dibantah, fanatisme menjalar ditubuhnya. Jikapun ketiganya ditanya satu persatu; perbaikan apa, perubahan apa, dan melanjutkan apa ? paling dijawab dengan isapan rokok Luxio. Salah satu rokok primadona di madura, rokok non cukai dengan sebutan rokok bheung  (Rokok Hantu)"

Hisyam, 30 tahun, pemuda tani.  Usia yang matang untuk mengikuti pentas demokorasi Pemilu 2024 ini. Sangat bingung; sebab untuk saat ini "pemilu serentak" -- ia "dipaksa" menentukan pilihan hatinya walau hanya sebatas tau kliping muka caleg di banner, khususnya DPR.  Ia tak tau DPR siapa yang kelak bisa membantu walau hanya untuk konsultasi pertanian. Kiblat utamanya adalah Media Sosial. Katanya, dengan ber-media sosial kita bisa mengetahui sejauh mana kecakapan Caleg dalam menyelesaikan problematika petani. Belum lagi soal presiden. Ampun dah, !!!

"Pemuda desa seperti saya ini. Keluhanya tak pernah didengar. Persoalan sederhana; pupuk gampang didapatkan, jika terjadi case dilapangan itupun susah kita mengadu kemana. Bertemu dalam 5 tahun sekali, itupun hanya untuk show of force, habis itu hilang ditelan bilik suara," katanya sambal memegang cangkulnya yang basah.

Memang, akhir akhir ini isu pupuk menjadi isu primadona dikalangan petani. Susahnya minta ampun, masak ya ditimbun. Kan tidak. Kita husnudzon saja pada yang punya jabatan. Cukup kita yakin, DPR adalah perwakilan suara kita.

Lalu bagaimana dengan Capres? Kataku.

Sebagai pemuda tani dari madura, ia berharap sosok pemimpin dari Madura yang nantinya bisa mewakili kepentingan Madura di Istana Negara. Cita citanya begitu, meski pada akhirnya lupa. Maklum sifat manusia lupa. Mahfud MD, menjadi representasi dari kaum madura, sayangnya Mahfud tidak pernah turun di Madura untuk meraup massa, walau hanya untuk menyampaikan visi-misi. 

Apa mungkin sadar diri bahwa Madura anti partai pengusungnya ? Entahlah. Tapi pastinya Mahfud -- Ganjar tidak pernah melakukan Kampanye di Madura. Hanya Paslon Anis Baswedan -- Muhaimin Iskandar yang melakukan serap aspirasi untuk wilayah Madura. 

Tak heran, jika Paslon Anies secara kasat mata menang dihati masyarakat, khususnya kiai di Madura. Yang belum disadari oleh Paslon 03 adalah Patronase politik di Madura sangatlah kental. Apalagi dengan yang Namanya kiai. Sehingga muncul jargon. Lebih baik kalah Bersama kiai, dari pada menang tidak Bersama kiai. Fanatisme yang utuh.

Lagi lagi soal PDIP, partai yang menurut saya terlalu banyak blunder. Entah ketua ataupun para kadernya di Parlemen. Menjadi ribet. Misalnya pun terpilih nantinya, keberpihakan Cawapres nantinya belum bisa diprediksi. Sekelasa presiden keputusannya ada cawe cawe partai. Itu yang selama ini kita tonton. Misalnya: Pak Jokowi kalau tidak ada PDIP, mau jadi apa? --- apa iya mau terjadi sedemikian rupa, Pak Mahfud kalau tidak ada PDIP mau jadi apa? ------ saya sih belum siap.

"Saya belum menentukan pilihan. Paslon 01,02, dan 03. Bahkan sampai debat ke 5, isinya hanya tiga bapak bapak yang saling serang isu lama. Lebih banyak membahas cerita lama, dibanding membahas progres kedepan. Slogan Indonesia Maju hanya algoritma saja, asyuww," Imbuhnya.

Debat presiden ataupun wakil presiden ibarat tontonan anak anak yang saling menelurkan jurus, untuk membunuh karakter satu dengan yang lainnya. 01 & 02 menjadi objek vital, sementara 03 melakukan umpan lambung. 01 semacam Earling Haaland di Mancester City, one shot one goal tinggal nunggu umpan 03 aja. Kaco negeri ini.

Unik

Tahun 2024 menjadi tahun yang agak unik sebenarnya. Dimana MK dan KPU dinyatakan melakukan maladministratif. Tak heran, jika ketua MK (Anwar Usman) sementara menepi dulu diluar lapangan atau dalam istilah lainnya kena kartu merah. Meski sampai saat masih bersikukuh dan melayangkan gugatan demi menjadi ketua MK Kembali. Kan sudah melaggar kode etik, ya masak masih kekeh duduk Kembali. Hmmmmmm

"Dalam hati kecil berkata, apakah sah keputusan yang ditetapkan oleh MK? sementara MK nya dinyatakan melanggar konstitusi? Nyatanya sah-sah aja. Sebab tidak ada hubungannya Ketua MK yang diputus bermasalah, dengan putusan MK," Katanya sambil menunjukkan tempelan kalender 02 di dindinya.

Gibran menjadi pasangan fenomenal, diantara pasangan lainnya. Utamanya dalam penetapannya sebagai Cawapres. Banyak drama yang dipertontonkan di negeri ini. Elite politik berkumpul merebut kekuasaan, sementara dibawah berkumpul untuk mendapatkan sesuap nasi.

 "Tenang saja, Pak Prabowo -- Tenang saja, Pak Prabowo  disini ada saya. Terus kalau ada dia kenapa"  Katanya sambil menirukan suara khas Gibran.

Dari 3 Paslon, yang kiranya mendekati suara rakyat siapa?

Ah, semuanya semuanya sibuk memperbaiki suara, tidak pernah sibuk memeperbaiki pekerjaanya yang belum selesai. ASN, Menteri, hingga Presiden melakukan keperhikannya kepada pasangan tertentu. Yang harusnya netral, malah menjadi jurkam untuk salah satu paslon. Presiden bilang TNI Polri, dan pemangku jabatan harus netral, tapi nyatanya presiden sendiri melakukan keberpihakan. Lucu. Terus, 2024 ini kita harus mendengarkan siapa?

Warung Kopi menjadi rame. Pojok kanan menyerukan Perubahan, pojok kiri menyerukan Perbaikan, depan sendiri menyerukan Lanjutkan. Dan tidak boleh dibantah, fanatisme menjalar ditubuhnya. Jikapun ketiganya ditanya satu persatu; perbaikan apa, perubahan apa, dan melanjutkan apa ? paling dijawab dengan isapan Rokok Luxio. Salah satu rokok primadona di Madura, rokok non cukai dengan sebutan rokok bheung  (Rokok Hantu).

Pasangann Amin menyerukan perubahan. Memungkinkan jika Amin terpilih, maka keputusan keputusan strategi yang diputus Jokowi akan menjadi bubur. Misalnya IKN. Anies terang terangan jika terpilih IKN akan dibatalkan. Yang kurang tau lagi, Namanya juga Anies. Dulu awal kampanye Pilgub DKI bilangnya stop reklamasi, tapi Ketika terpilih reklamasi tetap lanjut. Meski dengan alasan berbeda. DP 0 rupiah hanya shadow.

Panas Film

Film Dirty Vote yang diprakarsai oleh Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti dan Feri Amsari cukup menghebohkan rebublik Twitter. Film yang bedurasi 1:57:22 berisi tentang cakupan berita yang sudah tersebar di Media, bukanlah hal yang tabu. Hanya membuat kliping kliping dan kemudian dijelaskan dari aspek hukum. 

Harusnya tidak ada kepanasan. Ibarat anak SD mendapatkan tugas kliping tumbuh-tumbuhan dari sekolah, kemudian mencari dari sumber dari kredibel dan kemudian dijelaskan dalam bentuk visual. Apa bedanya dengan kliping anak SD? Tidak ada. Mungkin "terkesan" tendensius terhadap 02, karena cukup banyak membahas 02. Tapi pembahasan tersebut sama sekali tidak ada yang absurd, atau dengan kata lain isu tersebut sudah bertebaran di masyarakat. Rangkaian kliping yang paparkan oleh teman sebangku, kepada temannya yang sering bolos.

"Dokumenter yang tersaji dalam film Dirty Vote, itu pemaparan yang biasa biasa saja. Hanya mengulang Kembali berita yang sudah ada. Yang memaparkan adalah orang ahli dalam bidangnya. Kenapa masih mempertanyakan soal kredibilitas. Itu dosen semua," katanya lirih.

Gemuruh penggembosan 02 menyeruak. Aneh juga, padahal film tersebut tidak tendensius kepada paslon manapun. Agak terkesan tendensius pada paslon 02, soal penetapan Gibran sebagai Cawapres. Publik tau, kalau terpilihnya Gibran menjadi Cawapres menuai polemik. Dan tidak terbantahkan lagi. Aneh rasanya. Bijak memilih, harusnya begitu. Istafti Qolbak, begitu kata Gus Mus. Mintalah fatwa terhadap hatimu yang dalam, bukan isi amplop yang dalam.

Perbincangan sudah dua jam, lantas Paslon nomor berapa yang pas? Kataku

"Hmmmm, kayanya kalau enggak 01, 02, 03," katanya sambil menunjukkan telunjuk jari.

Kisah fiksi. Berangkat dari keresahan pemuda desa yang bingung untuk menentukan Pilpres nanti. 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun