Engga ada gunanya menangis. Pemerintah tidak akan memberikan sapu tangan, untuk  menghapus air mata yang jatuh. Bisanya, hanya membual -- atau ngomong begini "Iyah, masalah ini merupakan masalah besar, dan tantangan besar bagi pemerintah.Â
Dan yang paling penting, pemerintah akan menindak tegas bagi perusahaan yang in-konsisten" Â seperti yang diucapkan saat debat capres-cawapres kapan lalu, mengenai gubangan besar akibat tambang .. lalu bagaimana jika perusahaan tersebut berafiliasi dengan salah satu menteri ?Â
Pemerintah tidak akan bisa jawab. Yang bisa jawab hanya rakyat sendiri. Mungkin begini jawabnya "Yah, susah ... dari pemerintah, untuk pemerintah, dan oleh pemerintah .. rakyat hanya menyimak "
Banyak persoalan yang membuat rakyat menjerit. Ya, mungkin Presiden tidak banyak tau soal ini, sebab jika ditanya ... " itu urusan  gubernur, bupati, atau pemerintah setempat.Â
Engga ada langkah kongkrit yang ditempuh pemerintah untuk menyelesaikan isu kemanusiaan ". Kasus Novel, Munir, dan masih banyak isu lainnya, hanya halu bagi pemerintah. Bagi rakyat, isu tersebut merupakan isu penting, dan ingin tau, siapa yang tegap dibelakang kasus tersebut.Â
Tapi, bagi pemerintah, kasus tersebut, hanya sampah.  Kembali penulis ulangi, kasus di Borneo, hanya bagian kecil dari kasus yang terajadi di  Indoesia. Tapi masih banyak kasus besar lainnya, yang belum diungkap.
Masalahnya adalah, kenapa film ini di publish suasana pilpres
Secara kasar; film ini mengajak kita untuk tidak terbuai janji capres-cawapres. Sebab kedua calon, sama-sama terlibat dalam kasus tersebut, utamanya Sandiaga dan Erick Tohir atau film ini mengajak kita untuk golput saja. Sebab pemerintah, hanya ada tapi tak bisa apa-apa, kecuali berafiliasi pada investor. Â Bersambung
Untuk kalian yang belum nonton, yuk nonton dulu, kemudian di review ,....