Mohon tunggu...
Ichsan Fakhruddin
Ichsan Fakhruddin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Salam Smart! Fakhrul dien Alumni writers academy (Sekolah-Menulis Online).Mahasiswa The Islamic Call College Tripoli-Libya, Program studi Dakwah dan Peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Niat: Semakin Kuat Malah Semakin Menyanyat

22 Juni 2011   06:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:17 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Tak sebatas itu, ustadzah Rasyidah kemudian menjelaskan sebab munculnya hadits tersebut. Beliau menyambung lidah imam Nawawi dalam syarh Muslim bahwa kisah adanya hadits tersebut adalah tentang seorang lelaki yang berhijrah hanya untuk menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qois maka dia pun dipanggil dengan sebutan Muhajir Ummu Qois (Orang yang berhijrah karena Ummu Qois)”.



Sungguh jenaka, Ustadzah menguraikan tema niat dengan jelas. Dalam uraian akhir, beliau sampaikan bahwa “niat merupakan tekat yang terhujam di hati. Dan sesungguhnya makna niat hanya bisa didapat dari dalam diri kita.” Mendengar ungkapan itu, Nawa makin teringat dengan sekumpul pertanyaannya. Dia berharap semoga di masjid pemancar cahaya iman ini jawaban-jawaban itu bisa dia dapat.



Selepas uraian tema, Nawa memberanikan diri tuk menanyakan gerangan apa yang menjadikan seseorang itu harus mengawali semua aktifitasnya dengan niat?. Kalaupun seseorang akan mendapat ganjaran sebesar niatnya, terus bagaimana yang tidak berniat sama sekali, akankah dia tidak mendapatkan apa-apa?.



Rupanya ustadzah Rasyidah telah menilai gerak-gerik Nawa yang sedari awal menempelkan jari telunjuk dan tengahnya tepat di pelipis kanan, dan itu sebagai bukti bahwa Nawa sedang merangkum sesuatu untuk diungkapkan.

“ Saudari Nawa… Semoga Allah SWT memberkahimu. Ustadzah boleh bertanya kepada saudari?”

“ Dengan senang hati, ustadzah”

“ Ketika ingin menuju masjid tadi, apa yang ada di benak saudari?”

Tak berpikir panjang, Nawa menjawab dengan teguh

“ Yang ada di benak Nawa adalah kenapa sih tema kita tadi kok niat, padahal kan tema itu sudah sering di bahas, Ustadzah.” Padahalkan masih banyak tema-tema lain yang belum kita bahas.

“ Benar, apa yang saudari anggap. Mungkin tidak hanya saudari, bahkan mayoritas hadirat beranggapan semisal. Tapi, dari penjelasan ustadzah tadi, apakah saudari sudap paham apa itu hakikat niat?”

“Belum terlalu paham”

“Nah, itulah sesungguhnya niat. Tema yang tak pernah habis untuk dibahas. Karena niat berjalan seiring langkah kita”



Nawa merenung sejenak. Menerjemahkan uraian ustadzah barusan. Apa iya yah, tema niat itu sangat luas?. Tapi, aku merasakan hal demikian. Semakin aku merasa paham tentang niat, ternyata semakin banyak yang tak kutahu tentangnya. Sehingga aku harus terus meminta penjelasan kepada ustadzah.



“Saudari Nawa… Hakikat niat adalah apa yang tertulis di benak saudari itu. Kemudian tulisan itu saudari bawa ke masjid ini dan akhirnya itulah yang akan saudari dapatkan dari pengajian ini”

Nawa mulai membuka diri untuk meyakini bahwa “niat merupakan tekat yang terhujam di hati. Dan sesunggunya makna niat hanya bisa didapat dari dalam diri kita,” seperti yang diungkapkan ustadzah.



Penjelasan demi penjelasan telah dirangkum Nawa. Dan ujung dari pengajiannya Nawa mengucapkan beribu terima kasih kepada ustadzah Rasyidah beserta hadirat yang telah berkenan berbagi wawasan dalam mencari makna hakikat niat.

[1] . Nama sebenarnya Ummu Salamah adalah Hindun binti Suhail, dikenal dengan nama Ummu Salamah. Beliau dibesarkan di lingkungan bangsawan dari Suku Quraisy. Beliau seorang Ummul-Mukminin yang berkepribadian kuat, cantik, dan menawan, serta memiliki semangat jihad dan kesabaran dalam menghadapi cobaan.

[2] . dapat ditelaah di kitab “Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah”karya Ibnu Daqiqil ‘Ied.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun