Saya menjadi terpancing utk kembali menulis setelah melihat cara berfikir orang - orang intelektual di sekeliling saya yang semakin hari semakin menghubung - hubungkan Agama dengan sesuatu yang irasional. Karena Agama identik dengan hal - hal ghaib lah, dsb. Pengkotak - kotakkan yang terjadi seperti misalnya di Islam sendiri ada Muhammadiyah (modernis) dan NU (traditional) itu pun hanya memiliki perbedaan pada cara pandangnya saja. Pada intinya keduanya sama - sama Islam.. sama - sama wajib menjalankan sholat lima waktu dan sama - sama puasa di bulan Ramadhan. Dan memang perlu disadari juga bahwa proses pertransferan Agama Islam itu sendiri melalui ajaran Jawa. Tapi disini saya tidak ingin membahas tentang dua organisasi itu, namun lebih kepada AKAL manusia yang merupakan sasaran yang di pilih Tuhan untuk menguji tingkat ketakwaaan kita.
Menurut saya peristiwa Isra Mi'raj adalah momentum yg paling tepat utk dijadikan acuan dalam membahas persoalan AKAL manusia. Isra Mi'raj adalah perjalanan agung Nabi Muhammad dari Makkah ke Palestina..dan berlanjut dari bumi ke Singgasana Allah (Tuhan Yang Maha Esa) di lapis langit nan jauh di ketinggian sana. Seperti 'kristal', dari sisi manapun kita bercerita ulang tentang riwayat Isra Mi'raj, semuanya selalu terlihat megah dan terasa indah. Namun juga seperti ufuk langit, yakni sejauh apapun kita berjalan, AKAL lemah kita niscaya tidak akan pernah berhasil sampai pada titik tuntas menalarkan perjalanan supra rasional itu. Jadi "pantas saja jika kaum quraish tergelak sinis walaupun didalam hati mereka juga merasa takjub akan deskripsi Nabi yang sangat akurat tentang route dan situasi Palestina" padahal Nabi sendiri belum pernah berkunjung ke Negeri itu.
Isra Mi'raj adalah perjalanan yang di skenariokan Tuhan, kita bisa saja mencoba menafsirkan makna dan hikmah Isra Mi'raj, namun sampai kapanpun tafsiran kita pada umumnya sebagai manusia tidak akan pernah sepenuhnya sama dengan Tuhan selaku satu2nya pihak yang telah menyusun skenario itu. Yaa..salah satu hikmah itu adalah, bagaimana Tuhan menjadikan Isra Mi'raj sebagai sebuah ujian terhadap ketakwaaan kita...ujian itu justru diarahkan Tuhan ke sesuatu yang sangat kita banggakan yaitu AKAL.
AKAL lah yang kita sebut sebagai sumber kemampuan kita menggerakkan peradaban..
AKAL pula yang kita klaim sebagai pembeda antara manusia dan bukan manusia...
Bukan unsur kemanusiaan lain yang kita jadikan sebagai alasan bahwa kita memang pantas menjadi khalifah, menjadi pemimpin dimuka bumi dan kita, dengan AKAL yang luar biasa itu justru dituntut Tuhan untuk 'meyakini' adanya sebuah perjalanan ghaib bernama Isra Mi'raj.
Terdapat dua ujung dari proses ujian Tuhan ini:
* Ujung yang pertama adalah kita menjadi mahluk yang ingkar.. ketidak mampuan kita menggapai rahasia - rahasia dibalik ke Maha Besaran Tuhan, mendorong kita untuk memandang kecil Agama. Agama pun lalu kita nilai sebagai hal yang irasional..tidak masuk AKAL..bahkan bertentangan dengan AKAL.
* Ujung yang kedua adalah keghaiban AKAL kita menerbitkan kesadaran bahwa kita adalah mahluk berbatas yang diciptakan olah Zat Yang Maha Tak Berbatas.
Kesadaran akan kecilnya diri itu yang mendorong kita untuk menundukkan AKAL dan berlanjut dengan memasrahkan diri secara utuh kepada Tuhan, zat yang segala sesuatu berada dalam genggaman-NYA. Kepasrahan itu pun kita ikrarkan lewat kalimat "hanya kepada-MU aku menyembah, dan hanya kepada-MU aku mengharapkan pertolongan"