Mohon tunggu...
Fakhru Amrullah
Fakhru Amrullah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Fakhru Amrullah

Selatpanjang, Kepulauan Meranti

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Strategi "Last Minute", Antara Krisis Politik dan Buruknya Sitem Demokrasi

25 Juli 2018   12:05 Diperbarui: 25 Juli 2018   14:15 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kondisi diatas diperparah oleh aturan Presidential Threshold 20%. Pemaksaan anggka Presidential Threshold yang dimotori kubu incumbent tidak bisa dipungkiri. Pemaksaan tersebut semakin jelas karena dilakukan ditengah capaian partai lainnya jauh dari angka Presidential Threshold yang ditetapkan.

Kepentingan untuk mempekecil saingan politik sudah dirancang lebih awal merupakan suatu yang lumrah. Hal ini menjadikan parpol oposisi harus mampu menjalin koalisi dengan partai lainya. Penyamaan persepsi dalam menyatukan visi dan misi serta program kerja yang akan dijalankan selama 5 tahun kedepan bersama koalsi merupakan lobi dan pembahsan yang memerlukan waktu cukup lama. Pada akhirnya terjadilah semacam pengekangan politik. Partai oposi (lawan politik) tidak bisa leluasa menghadirkan capres dan cawapres.

Sistem seperti ini akan membuat calon-calon potensial otomatis tersingkir karena tidak bisa direkomendasikan dalam deal-deal lobi bersama parpol kolaisi. Sehebat apapun kualitasnya dan sebesar apapun dukungan dari luar parpol tidak akan bisa menjadikan dia seorang capres/cawapres. Pertanyaan filosofisnya, bagaimana pelaksanaan prinsip “dari oleh, dan untuk rakyat” sebagai landasan demokrasi?.

Marketing Politik dalam rangka menjaga isu

Dalam strategi marketing politik, salah satu cara untuk meningkatkan elektabilitas adalah dengan cara menjaga isu politik agar selalu terfokus pada kepentingan dan misi yang sedang dijalankan. Memenangkan perhatian masyrakat dengan cara terus memancing rasa penasaran masyarkat sembari menunggu momentum yang tepat untuk mengumumkan capres dan cawapres adalah strategi jitu untuk menjaga perhatian dan fokus publik.

Hal ini dianggap perlu untuk mendistorsi dan memojokan aktivitas lawan poilitk agar tidak menjadi fokus dan perhatian publik. Strategi saling menahan cawapres akan selalu menjadi hal yang ditunggu mesyarakat dan manjadi kabar yang diburu media untuk dijadikan berita yang “seksi” untuk diangkat.

Diakhir tulisan ini penulis ingin memberikan kesimpulan bahwa kehati-hatian Jokowi untuk tidak bicara lugas soal cawapresnya dan manuver lobi-lobi politik  yang dilakukan Prabowo kepada calon koalisinya adalah merupakan strategi last minute beliau berdua untuk mejaga dan mempertahan isu, agar fokus dan perhatian masyarakat tertuju kapada beliau. Jokowi dan Prabowo akan terus memberi clue/gambaran-gambaran tetang cawapresnya. Beliau berdua tidak akan mengumumkan cawapresnya dalam waktu dekat ini sebelum “menit terkahir” pendaftaran capres dan cawapres ditutup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun