Mohon tunggu...
Fakhriyatunnisa
Fakhriyatunnisa Mohon Tunggu... Arsitek - .

Jangan lupa sebarkan energi positif hari ini!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Pamit

28 September 2019   09:19 Diperbarui: 28 September 2019   09:27 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dulu bersikeras untuk terus berusaha.

Terbesit ingin menyerah, tapi berkali-kalipun hati menolak.

Kali ini, Tuhan izinkan menyerah.

Tuhan memang paling tahu.

Ia sediakan waktu untuk kita belajar, memahami, memaknai,

bahkan sampai akhirnya sadar.

Semua yang telah dilakukan benar-benar sia-sia.

Sungguh, tidak ada waktu menyambut datangnya pamit.

Tapi lelah hatinya menyeru, lantas memanggilnya agar mereka segera bertemu.

Iya, Tuhan izinkan pamit kali ini.

Dikabulkannya doa terbaik di antara banyaknya doa baik yang dipanjatkan.

Iya, Tuhan telah memilihkan jalan yang terbaik.

Percaya kalau skenario Tuhan adalah skenario yang paling baik.

Sedihmu tidak akan lama.

Sekalipun lama, tenang. 

Tuhan Maha adil.

Dikirimkannya senang dampingi sedihmu.

Dirawatnya luka yang basah hingga mengering.

Ditutupnya dengan rapat luka yang masih mengaga.

Semua telah diserahkan, 

Tuhan telah izinkan pamit.

Biarkan hati bertemu akhir ceritanya.

-fa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun