Mohon tunggu...
Fakhrina Salsabila
Fakhrina Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Walisongo Semarang

Minat dalam bidang Foto dan Videography

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jeruk Mancanegara Melancong ke Tanah Sunda

20 Juli 2022   21:16 Diperbarui: 20 Juli 2022   21:41 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa KKN Kel.59 Sedang memetik Jeruk Dekopon. Dokpri

Indonesia Merupakan negara yang dikenal akan kekayaan alamnya,  mulai dari wisata, sosial, budaya maupun kekayaan lainnya. Diantara kekayaan tersebut salah satunya yakni perihal kekayaan alamnya yang terdiri dari sayur, buah dan bunganya. 

Namun hal ini tidak menjadi halangan maupun alasan untuk tidak memperluas pembudidayaan berbagai macam ragam buah maupun sayuran yang berasal dari  mancanegara. Salah satunya yang akan diangkat dalam tulisan ini.

 Terdapat suatu desa yang memiliki postur tanah dan udara yang mendukung dalam pemdudidayaan flora dengan subur, yakni di desa Kertawangi, kecamatan Cisarua, kabupaten Bandung Barat, khususnya yang terdapat pada kawasan situreret yang terdapat pembudidayaan jeruk yang bukan hanya jeruk lokal saja, namun juga terdapat salah satu varian buah jeruk mancanegara yang tumbuh subur serta terawat dengan baik di perkebunan ini. 

Salah satu varian jeruk Mancanegara tersebut yakni jeruk dekopon.

 Jeruk dekopon merupakan salah satu ragam varian jeruk mandarin serta jeruk ini konon katanya menurut pemilik perkebunan yakni Bapak Yayan merupakan varian buah jeruk yang berasal dari negeri sakura jepang. Jeruk Dekopon merupakan salah satu jeruk konsumsi yang enak dan cenderung manis sedikit masam serta jeruk dekopon ini memiliki bulir-bulir yang besar yang didalamnya banyak mengandung air. 

Selain itu, jeruk ini memiliki ciri khas pangkal buah yang agak menyembul kebagian atas seperti buah pir, termasuk kedalam salah satu varian jeruk termahal sehingga tak heran jeruk dekopon juga dikatakan sebagai jeruk Sultan yang tidak banyak dikonsumsi sebagai buah konsumsi harian yang banyak ditemukan di pasar tradisional.

Bapak Yayan Sebagai pemilik utama kebun ini menuturkan bahwasannya ia tidak membudidayakan sedari awal pohon jeruk ini melainkan ia membeli pohon atau benih yang siap tanam dan tidak okulasi sendiri sehingga tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menunggu pohon jeruk ini berbuah. 

Dari mulai tanam hingga panen menurut bapak yayan jeruk dekopon ini membutuhkan waktu sekitar satu tahun, dan tidak mengenal musim dan akan selalu berbuah apabila dirawat dengan bagus. 

Pembudidayaan Jeruk Dekopon di Bandung ini bermula pada kisaran tahun 2008 dan beliau menuturkan bahwasannya dengan adanya pembudidayaan jeruk dekopon di bandung khususnya di Kertawangi yang notabenenya bukan merupakan ekosistem asal dari jeruk dekopon maka pembudidayaan jeruk dekopon disini dikatakan gampang-gampang susah, 

selain karena adanya perbedaan iklim faktor lainnya yakni karna tanaman dekopon ini rentan terhadap serangan hama.

Adapun untuk hasil panen dari jeruk dekopon ini berdasarkan pengalaman sebelumnya, satu pohon bisa menghasilkan 20 Kg jeruk setelah melalui seleksi buah yang siap panen. Namun rata-ratanya tiap pohon bisa menghasilkan 3-5 Kg pada setiap pohonnya. 

Di perkebunan ini cukup banyak varian jeruk yang dibudidayakan diantaranya yakni jeruk lemon, jeruk purut, jeruk farel namun sebagian besar ditanami oleh varian jeruk dekopon yang memiliki nama lain Citrus Reticulate Shiranui.

Buah jeruk varian ini jika dilihat dari tampilan fisik sudah dapat jelas dibedakan dengan varian buah jeruk lainnya khususnya jeruk lokal. Tampilan Fisik buah jeruk dekopon ini bisa dikatakan cukup besar, 

bahkan dapat mencapai ukuran 800 gram/buah nya serta memiliki kulit yang cukup tebal, kemudian tekstur dari kulit jeruk dekopon ini sangat terlihat dan daunnya berukuran besar serta lonjong seperti daun jeruk pada umumnya serta cenderung tak memiliki biji sehingga nyaman untuk dikonsumsi langsung, 

karena sebagaimana kita ketahui permasalahan masyarakat umum dalam mengkonsumsi jeruk terdapat pada bijinya, Pembudidayaan jeruk dekopon berdasarkan iklim di desa Kertawangi yang berkisar antara 13-20 jeruk dekopon mampu untuk tumbuh subur dan baik. 

Selain itu Penanaman pohon jeruk dekopon satu dengan yang lain.  Idealnya berjarak 3 m serta kedalaman lubang 50 cm dan dalam pembudidayaannya harus ditunjang dengan pemberian pupuk kendang pada bagian bawah pohon jeruk dekopon dengan maksud dan harapan dapat menghasilkan lebih banyak serta buah yang berkualitas tinggi.

Pembudidayaan jeruk dekopon di kawasan situreret ini memberdayakan masyarakat sekitar dalam penanaman maupun perawatannya, sehingga kawasan ini sangat  berdampak bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat sekitar khususnya desa Kertawangi. Selain dari perbedaan segi fisik dengan jeruk lokal lainnya, Jeruk dekopon ini juga terlihat jelas perbedaannya dalam hal harga penjualannya.

Jeruk Dekopon Menduduki harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan jeruk lainnya, Penjualannya pun umumnya di Supermarket dan bukan pada pasar Tradisional hal ini berkaitan pula dengan harga jual dari jeruk dekopon itu sendiri, sehingga persaingan antar jeruk dekopon yang dibudidayakan di Indonesia juga sangat berpengaruh dengan dekopon impor yang juga dijual di supermarket.

Proses pembudidayaan jeruk tersebut, sebagaimana informasi yang didapat melalui wawancara bersama Bapak Yaya, selaku pembudidaya jeruk dekopon, ia mengungkapkan keinginan beliau untuk senantiasa mengembangkan budidaya jeruk dekopon ini serta terus mengenalkan ataupun membranding wisata Situreret,

 agar kedepannya dapat mengkolaborasikan antara kedua hal tersebut. Ia berharap bahwasannya kelak kawasan wisata situreret bisa dikenal oleh khalayak ramai sehingga para pengunjung pun dapat melakukan wisata petik jeruk dekopon sendiri. 

Disisi lain juga diharapkan dengan adanya wisata yang dapat memetik buah jeruk dekopon sendiri dapat memperluas pengenalan varian jeruk dekopon ini ke masyarakat yang lebih luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun