Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Menghadirkan "Si Kabayan" di Era Milenial

7 November 2018   11:30 Diperbarui: 7 November 2018   11:41 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si Kabayan adalah bagian dari kekayan batin kearifan Sunda. Ia adalah cerita rakyat yang hidup di tengah masyarakat dari mulut ke mulut, serupa seperti halnya Nasrudin Hoja dalam kebudayaan Timur Tengah. Sososknya sangat legendaris, ia adalah sosok manusia imajinal Sunda yang mancala putra mancala putri.

Si Kabayan pernah memerankan diri sebagi dukun, juragan, jadi sufi, mejadi wartawan, bahkan menjadi jurig (hantu).

 Di tangan Min Resmana, si Kabayan itu malah menjadi pangantenan, kasurupan, ngandajang ka pageto, raja Manaba, dan petapa. Lalu, ketika bermain dilayar kaca, maka Kabayan beralih peran menjadi Si Kabayan mencari jodoh, Si Kabayan Saba Kota, si Kabayan dan Gadis Kota, si Kabayan Saba Metropolitan, dan Si Kabayan Bukan Impian.

Terlepas apakah dia manusia historis atau mistis, yang jelas sosoknya telah menjadi bagian dari belahan jiwa masyarakat Sunda. Ia menjadi simpul dari pribadi yang dapat merumuskan kearifan dalam formula humor-humor mencerahkan. Memang, salah satu sisi menarik dari Si Kabayan adalah rasa humornya yang sangat tinggi. Ia cerdas, jenaka, kritis, atau bahkan memandang segala sesuatu dengan sinis lewat bahasa yang ramah dibaur kelakar.

Dan, bukankah humor merupakan obat mujarab penyembuh penyakit kejiwaan, apalagi kalau humor itu mengkritisi kondisi kita yang penuh ironi. 

Viktor S. Frankl memasukan unsur humor dalam terapi pengobatan terhadap pasien-pasiennya yang terkenal dengan teknik intensi paradoksal. Dulu, penduduk Uni Soviet dapat bertahan hidup dalam rezim represif komunis karena mereka memiliki katup komunikasi dalam bentuk humor yang terkenal dengan sebutan Mati Ketawa ala Rusia.

Dalam penelitian, minimal humor dapat menyembuhkan: (1) stres; (2) membuat awet muda karena wajah akan selalu rileks; (3) meningkatkan sisitem kekebalan tubuh; (4) menurunkan tekanan darah tinggi; (5) merangsang pengeluaran endorphin, serotonin, dan melatonin yang membuat perasaan menjadi tenang; dan yang paling dahsyat bagi kaum pria adalah yang terakhir ini: (6) meningkatkan vitalitas dan gairah seksual.

Dalam persfektif Si Kabayan, semua persoalan menjadi cair. Hidup yang rumit atau mungkin keadaan ekonomi yang mencekik disikapi secara sederhana. Begitu pula wilayah keagamaan diimani tidak fanatisme membabi buta, namun dengan penghayatan yang biasa tapi justru mampu menyelami aspek dasarnya. Ketika Si Kabayan berbicara tentang seksualitas, maka ia mengungkapkan dengan detail tanpa harus jatuh dalam alur cerita pornigarfis.

Dalam konteks abad 21 sekarang ini, yang sangat familiar dengan sebuat milenial dan telah menjadi topik yang begitu hangat diperbincangkan dikalangan masayarakat dalam segala aspek kehidupan.

 Sebagai ciri khasnya manusia milenial adalah meleknya penggunaan teknologi. Teknologi merupakan istilah yang bergandengan tangan denga era digital. Namun, justru kebanyakan dari kita mungkin hanya sebagai pemuas saja dengan segal kemudahannya.

Berbagai problematika kehidupan saat ini memang membuat kita memikirkannya sampi botak. Dari berbagai aspek kehidupan telah menimpa dan mempengaruhi manusia itu sendiri. Problem sosial mislanya, dalam relasi interaksinya saat ini manusia menjadi disintegrasi dalam hubungan di dunia nyata, manusia lebih asyik berinteraksi lewat dunia digital melalui media sosial. tak hanya itu, teknologi dengan kemudahannya membuat manusia menjadi konsumeris dari teknologi.

Dalam hal agama, fanatisme begitu kental. Orang-orang yang diluar golongannya dicap sebagai kafir. Begitupun dalam konstelasi politik, persaingan antar kubu menjadikan perpecahan pada para pengikutnya. Perang opini dalam media sosial begitu gencar dilakukan antar kubu. Dengan tujuan mencapai kursi tertinggi dan nomor satu.

Berbagai problematika kehidupan dewasa ini menjadikan kita puyeng. Kita digiring kesana-kemari bagaikan itik yang digembala oleh tuannya. Tak jarang, banyak yang terserap kedalam riuh kegaduhan saat ini. Menjadikan lebih menyukai kesenangan tubuh kebendaan duniawai atau yang kerap disebut materialistis.

Maka, cara untuk mengahadpi berbagai persoalan saat ini adalah dengan kembali menghadirkna sosok "Si Kabayan". Sosoknya yang mencerminkan manusia yang tidak terserap dalam gelagak kursi kekuasaan dan kesenangan kebendaan, ia mampu mengontrol harta, dan tidak sebaliknya. 

Si Kabayan merupakan manusia yang tidak pernah reureuh (berhenti) mencari kebenaran, walalupun dia harus berperan menjadi dukun dan jurig.

Aksi-aksi itu ia perankan dengan rasa jenaka. Jenaka dan rasa humor nampaknya dijadikan sebagai media bukan hanya sebagai pelepasan untuk menghibur diri, mengkritik orang lain, namun justru mengkritisi diri sendiri. 

Utuy T. Sontani menyebutnya sebagai "manusa anu geus teu nanaon ku nanaon". Ia adalah manusia yang selalu berada dititik moderat, ngajegang antara ekstrim kiri dan ekstrim kanan. 

Maka dengan kembali menghadirkan sosok "Si Kabayan" di era milenial ini, menjadi solusi atas problematika manusia. Segalanya dibarengi dengan sederhana, jenaka, namun kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun