Mohon tunggu...
Fakhri Fairuzi
Fakhri Fairuzi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Sejarah Peradaban Islam UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Penikmat Sejarah Islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ummu Sulaim binti Milhan: Wanita yang Maharnya adalah Islam

9 Juli 2023   09:59 Diperbarui: 9 Juli 2023   10:04 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://hyatoky.com/

Dalam lembaran sejarah wanita muslimah telah mewarisi lembaran-lembaran berkilau dan dipenuhi dengan kisah yang harum mewangi serta berbagai kejadian menarik yang memperlihatkan makna-makna penting yang dibutuhkan oleh wanita muslimah masa kini dapat mengambil pelajaran dan mengetahui bahwa para wanita tersebut masuk ke dalam catatan sejarah melalui pintu kebaikan yang berbeda-beda. Di antara pribadi-pribadi yang muncul di dalam lembaran-lembaran tersebut adalah Ummu Sulaim binti Milhan.

Ummu Sulaim binti Milhan adalah seorang sahabat wanita dari Anshar sekaligus istri yang shalihah, juru dakwah yang pandai, dan berakhlak mulia. Wanita yang memiliki kecantikan, kelurusan pandangan, dan kecerdasan. Segala sifat terpuji yang dimiliki oleh Ummu Sulaim telah membuat para lelaki berlomba untuk melamar dan mendapat kehormatan nasabnya.

Mendapat Hidayah Islam

Ia bernama lengkap Ummu Sulaim binti Milhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Najjar Al-Anshariyah Al-Khazrajiyah, ibu dari Anas bin Malik. Ada perbedaan pendapat mengenai nama aslinya, ada yang mengatakan namanya Rumailah, ada juga yang mengatakan Al-Ghumaisha', dan ada juga yang mengatakan Ar-Rumaisha'.

Ummu Sulaim dinikahi oleh saudara sepupunya, Malik bin Nadhr. Dari pernikahan ini, Ummu Sulaim mempersembahkan seorang putra yang bernama Anas bin Malik. Semua ini berlangsung pada masa jahiliyah sebelum munculnya Islam dan dakwah Nabi.

Begitu cahaya Islam merekah, Ummu Sulaim bergegas untuk membaiat Rasulullah dan mengikuti agama yang benar serta mengesakan Allah. Dalam hal ini, ia tidak peduli terhadap segala gangguan kaum musyrik yang menimpa dirinya. Pasalnya, ia juga dikucilkan dan disiksa oleh sang suami, Malik bin Nadhr.

Ketika mengetahui istrinya masuk Islam dan menjadi pengikut dakwah Nabi, Malik, sang suami, marah dan murka. Malik pun meneror dan mengancam sang istri. Malik berkata kepada istrinya, "Apakah kau simpati kepadanya?"

Dengan penuh keteguhan dan keyakinan atas apa yang ia imani, Ummu Sulaim menjawab, "Aku bukan sekadar simpati, melainkan aku telah beriman."

Selanjutnya, Ummu Sulaim mengajari anaknya yang masih kecil, Anas, untuk mengucapkan syahadat, "Ucapkanlah: Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."

Sang suami melarang dan berkata, "Jangan kau rusak anakku!"

Ummu Sulaim menjawab, "Aku tidaklah merusaknya. Justru aku mengajar dan mendidiknya."

Ketika sang suami tidak mampu lagi menemukan cara untuk mengeluarkan istrinya dari agama baru ini, ia pun pergi ke Syam. Malik meninggalkan rumah dan mengembara hingga bertemu dengan seorang musuh dan dibunuh.

Ketika mengetahui suaminya terbunuh, Ummu Sulaim sangat bersedih dan berserah diri. Ia berkata, "Aku tidak akan menikah lagi sebelum Anas menyuruhku."

Ummu Sulaim berusaha keras mendidik putranya menurut ajaran Islam hingga tumbuh menjadi remaja yang bisa diandalkan. Dengan malu-malu, Ummu Sulaim membawa sang anak dan mengajaknya untuk menghadap Rasulullah. la tawarkan kepada beliau agar putranya itu diterima untuk menjadi pelayan beliau.

Ummu Sulaim berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki sesuatu yang istimewa."

Rasulullah bertanya, "Apa itu?"

Ummu Sulaim menjawab, "Pembantumu, Anas bin Malik."

Tidak ada yang dilakukan oleh Rasulullah selain menerima dan menyenangkan Ummu Sulaim.

Anas menceritakan, "Rasulullah tidak pernah lupa mendoakanku untuk kebaikan akhirat maupun dunia. Rasulullah berdoa; 'Ya Allah, karuniailah ia harta dan anak, berkahilah ia!'"

Anas berkata, "Aku adalah salah seorang sahabat Anshar yang paling banyak harta dan anak."

Ketika wafat, Anas bin Malik meninggalkan 129 anak.

Pinangan Bermahar Islam

Banyak sekali orang-orang yang datang untuk melamar Ummu Sulaim setelah suaminya wafat, di antara orang yang datang untuk melamarnya adalah Abu Thalhah Al-Anshari yang ketika itu masih musyrik.

Abu Thalhah menawarkan mahar yang sangat mahal demi bisa menikahi Ummu Sulaim, tetapi kejutan yang begitu besar membuat lidahnya tidak bisa berbicara saat sang wanita mukminah nan shalihah itu menolak lamaran Abu Thalhah.

Ummu Sulaim berkata, "Wahai Abu Thalhah, orang sepertimu tidaklah layak untuk ditolak. Akan tetapi kau adalah laki-laki kafir, sedangkan aku adalah wanita beriman. Tidaklah patut jika aku menikah denganmu."

Maka Abu Thalhah menyahut, "Apakah yang kau inginkan?"

Ummu Sulaim menjawab, "Apa yang aku inginkan?"

Abu Thalhah berusaha merayu dengan kenikmatan dunia, "Emas dan perak?"

Ummu Sulaim menjawab, "Sungguh aku tidak menginginkan emas maupun perak. Namun, aku ingin kau memeluk Islam."

Dengan kecerdasannya, Ummu Sulaim ingin memikat hati Abu Thalhah kepada Islam. Ia berkata, "Wahai Abu Thalhah, bukankah kau tahu bahwa tuhan yang kau sembah adalah batu yang tidak dapat memberikan mudharat kepadamu ataupun memberikan manfaat kepadamu, atau kayu yang dibawa oleh tukang kayu lalu dia memahatnya untukmu. Apakah ia dapat memberi mudharat kepadamu? Apakah ia dapat memberikan manfaat untukmu? Tidakkah kau malu dengan ibadahmu ini? Jika engkau memeluk Islam, maka sungguh aku tidak menginginkan mahar apa pun darimu selain keislaman."

Abu Thalhah menjawab, "Beri aku kesempatan untuk berpikir."

Abu Thalhah pun pergi dan berpikir beberapa waktu. Setelah itu, ia kembali datang dan mengucapkan, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah."

Abu Thalhah datang menemui Rasulullah yang saat itu sedang duduk di antara para sahabat. Begitu melihat Abu Thalhah, beliau memberitahu para sahabat, "Abu Thalhah mendatangi kalian dengan cahaya Islam di kedua matanya."

Abu Thalhah tiba di hadapan Rasulullah. Ia pun menceritakan tentang apa yang diminta oleh Ummu Sulaim binti Milhan. Abu Thalhah menyatakan Islam di depan umum lalu menikahi Ummu Sulaim menurut Sunnah Allah dan Rasul-Nya dengan mahar yang tak ternilai dengan harta benda, yaitu Islam.

Demikianlah, maharnya merupakan mahar termahal yang diabadikan dalam sejarah. Sungguh beruntung pernikahan yang dilaksanakan oleh seorang muslimah yang menjadikan Islam sebagai maharnya, sehingga suami berikut seluruh amalan shalihnya kelak akan masuk ke dalam timbangan kebaikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun