Orang-orang musyrik lantas berkata, 'Jika kami tahu bahwa engkau adalah utusan Allah. maka kami tidak akan memerangimu. Oleh karena itu, tulislah namamu dan nama ayahmu.'
Nabi lalu berkata, 'Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa aku adalah utusan-Mu.'
Setelah itu Rasulullah SAW mengambil lembaran dan menghapus kata 'Muhammad utusan Allah' dengan tangannya dan berkata, 'Wahai Ali tulislah, Ini adalah perjanjian yang ditetapkan atau disepakati Muhammad bin Abdullah.'
Rasulullah SAW itu lebih baik dari Ali. Tetapi saat menghapus gelar Rasulullah dari diri beliau, sungguh hal tersebut tidak serta-merta membuat beliau kehilangan kedudukan sebagai seorang Nabi."
Ibnu Abbas bertanya, "Apakah sudah dapat keluar dari syubhat ini?"
Mereka menjawab, "Ya."
Dari dialog tersebut, 2000 orang bertobat dan mau meninggalkan bid'ah mereka. Sementara itu, yang tersisa dari mereka sisanya adalah 4000 orang. Mereka yang tersisa kemudian memerangi Khalifah Ali pada tahun 38 H yang dikenal dengan Pertempuran Nahrawan.
Itulah kisah perdebatan antara Ibnu Abbas dengan kaum Khawarij yang begitu luar biasa ini terkandung sejumlah faedah. Di antaranya adalah urgensi ilmu dan keutamaan ulama. Andaikata bukan karunia ilmu syariat dan pemahaman agama yang Allah anugerahkan kepada Abdullah bin Abbas, tentunya mayoritas kelompok ini tetap berada dalam kesesatan dan tidak mau bertaubat. Dengan demikian, ilmu terbukti sebagai fondasi penting dan cahaya utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H