Penasaran. Ia melihat-lihat judul-judul buku itu. Ada yang berjudul Lelucon Para Koruptor, Orang-orang Proyek, Robohnya Surau Kami, Bumi Manusia dan lainnya.
Sinar senter itu berganti dengan nyala lampu di ruang kamar pertama. Ia penasaran dengan isi-isi buku itu. Ia ambil buku berjudul Lelucon Para Koruptor yang ditulis Agus Noor.
Sinar matahari pagi menyelusup ke celah-celah kisi-kisi di atas jendela dan menerpa buku yang dibaca si maling. Ia melihat ke dinding yang berangka 7.30. Â Â
Rasa cemas dan takut ketahuan, ia bersembunyi di bawah dipan kasur dengan menahan kantuk yang berat.
Ia terbangun di sore dan memberanikan diri berjalan ke ruang tamu, ruang dapur dan ke kamar dua namun tak ada orang.
Ia teringat bahwa buku Lelucon Para Koruptor tinggal beberapa halaman lagi belum dibaca. Angka 17.30 di dinding, buku itu selesai dibaca.
Ia tak puas dengan membaca satu buku dan melanjutkan membaca buku Orang-orang Proyek yang ditulis Ahmad Tohari. Robohnya Surau Kami karangan A.A. Navis dan Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer.
Seminggu di rumah buku itu, ia lebih banyak membaca buku-buku sastra: novel, cerita pendek dan puisi. Ia pernah pergi ke kamar kedua dan melihat tulisan di dinding kamar "SASTRA ITU MELEMBUTKAN HATI."
JR
Cururp
17.12.2022