Kedua, asal usul nama Tebuireng, apa yang dilakukan K.H. M. Hasyim Asy'ari untuk mengubah desa Tebuireng dan penduduknya yang jauh dari nilai-nilai keislaman sehingga kembali mengamalkan ajaran Islam dengan mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng.
Ketiga, sejarah dan apa yang melatarbelakangi NU berdiri dan buku-buku yang ditulis K.H. M. Hasyim Asy'ari.
K.H. M. Hasyim Asy'ari besar dalam asuhan keluarga, lingkungan dan pendidikan pesantren. Dan, itu membentuk kepribadiannya yang religius, memahami dan melaksanakan ajaran Islam, cerdas, dan paham keilmuan Islam.
Bahkan di usia 13 tahun, K.H. M. Hasyim Asy'ari pernah menggantikan seorang guru untuk mengajar para murid yang usianya di atas K.H. M. Hasyim Asy'ari.
Pesantren Gedang di Desa Keras, Jombang, Jawa Timur, awal mula K.H. M. Hasyim Asy'ari sekolah pesantren. Di pesantren Gedang ini, K.H. M. Hasyim Asy'ari dididik langsung oleh ayah dan kakek.
Pendidikan pesantren mengisi dahaga keilmuan Islam K.H. M. Hasyim Asy'ari tentang ushul fiqih, fiqih, hadis, aqidah, nahwu, sharaf dan lainnya.
Pendidikan pesantren membentuk karakter kepribadian K.H. M. Hasyim Asy'ari untuk berakhlak baik, mandiri, berjiwa penolong dan prihatin dengan kondisi sekitar.
Intinya, pendidikan pesantren bukan sekedar mengisi diri seseorang dengan pengetahuan ilmu keislaman/agama namun membentuk karakter kepribadian yang beradab dan peduli kemanusiaan.
Tebuireng di abad ke-19 Masehi kala Belanda menjajah Indonesia merupakan kota industri penghasil gula dari tebu. Penduduk Tebuireng mengalami keterkejutan sosial, budaya dan ekonomi dengan adanya pabrik itu.