Di masa pandemi, anak-anak sekolah belajar online di rumah jadi tidak membeli ayam geprek istri Kak Fen untuk bekal makan siang di sekolah. Pun, di masa pandemi jualan ayam geprek sampai pukul 5 sore karena belum habis terjual.
Jualan mie ayam, ngojek, kerja serabutan dan ayam geprek itulah yang menopang hidup keluarga Kak Fen sebelum dan di masa pandemi korona.
Kak Fen orang baik meskipun tidak berpendidikan tinggi, murah senyum dan bergurau. Senyum menghiasi wajah Kak Fen ketika kami bergurau sambil mengopi di warungnya. Sesekali Kak Fen dan istrinya ikut nimbrung ketika kami ngobrol.
Orang-orang yang ngopi dan becumpuk di warung Kak Fen dari lintas usia dan profesi namun itu tidak menjadi penghambat untuk komunikasi.
Pada hari Jum'at pagi Kak Fen sering membersihkan lantai luar dan wc Masjid Al Jihad dan di hari Minggu warung tutup.
Kak Fen, sosok bersahaja dari rumah yang sederhana dan ayah yang demi menafkahi keluarga mau bekerja asal halal dan berkah.
Kak Fen, tidak mengibarkan bendera putih sebagai tanda menyerah kalah kepada kebutuhan untuk memberi nafkah keluarga.
Kepada orang-orang yang berekonomi lemah dan berjuang seperti Kak Fen, saya "menimba sumur" kebijaksanaan hidup.
JR
Curup