Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat dan Anak-anak, Serupa tapi Tak Sama

2 Agustus 2020   16:12 Diperbarui: 2 Agustus 2020   16:38 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by Pixabay.com

Ciri Khas Anak-anak
Ketika usia sekolah dasar  dulu ada teka-teki gambar, serupa tapi tak sama disampul buku. Dua buah gambar kelinci yang 'serupa tapi tak sama' dan yang disuruh mencari ketidaksamaan.

Biasanya dituliskan ada  lima ketaksamaan dari gambar itu kemudian akal pikiran dan panca indera bekerja serempak mencari.

Ketika ditemukan ada lega hati terasa. Seperti pernyataan Archimeders "Euraka, Aku menemukan."   

Disamping itu anak-anak sering merasa heran terhadap sesuatu lalu bertanya "Itu apa?" "Ini apa?" Lalu orang dewasa menjawab "Itu adalah..." 'Ini adalah..."

Contoh ketika melihat motor, anak-anak bertanya "Itu apa?" Lalu dijawab "Itu motor" "Mengapa motor bisa berjalan?"

"Karena ada mesin yang menggerakkan dan roda" anak-anak bertanya lagi "Apa itu mesin dan ban?" Lalu dijawab "mesin adalah bla, bla, bla."

Apakah anak-anak puas dengan jawaban itu? Mungkin ada yang puas, mungkin ada yang belum puas.

Heran, penasaran, ragu dan bertanya merupakan ciri khas anak-anak yang 'serupa tapi tak sama' dengan filsafat.   

Ada sisi keserupaan antara anak-anak dan fisafat pun ada sisi ketaksamaan. Tulisan ini coba melihat sisi keserupaan dan ketaksamaan antara filsafat dan anak-anak.

Illustrated by Pixabay.com
Illustrated by Pixabay.com
Sisi Keserupaan dan Ketaksamaan

Pertama, keserupaan filsafat dengan anak-anak yaitu rasa heran. Rasa heran jadi sebab munculnya filsafat dan ilmu pengetahuan.

Keheranan filosof Thales tentang asal mula alam sebabkan melakukan pencarian bagaimana sesungguhnya alam semesta ini tercipta.

Thales menuntaskan dahaga penasaran dengan pencarian berpikir mengamati air (laut) yang melingkupi Negara Yunani Kuno dan negara lain yang dikunjungi.

Thales pun menemukan kebenaran yaitu "Alam berasal dari air." Dan memunculkan ilmu kosmologi yang merupakan cabang dari ilmu astronomi.

Pada anak-anak rasa heran ini berhenti ketika jawaban telah diterima. Ini sisi ketaksamaan pertama.

Kedua, penasaran. Socrates yang penasaran apa itu 'keadilan', 'kebaikan' dan 'keutamaan.' Penyelesaian penasaran Socrates dengan melakukan dialog kepada orang-orang yang ditemui di pasar dan jalanan.

Umpama, ketika bertemu dengan seorang prajurit maka Socrates bertanya, "Apa itu kebaikan menurut anda?" Begitupun ketika berjumpa dengan pandai besi dan politisi Athena.

Dialog Socrates disebut juga maiueneke tekne. Sebuah upaya menolong seseorang mengeluarkan ide dari dalam pikiran dengan bertanya terus-menerus kepada orang itu.

Sehingga diperoleh sebuah pengertian 'keadilan', 'kebaikan' dan 'keutamaan' menurut orang itu sendiri yang berbeda dengan orang lain.  

Pada anak-anak penasaran bisa terhenti karena jawaban yang diberikan atau dipaksa tidak bertanya terus menerus dengan kata-kata "Jangan banyak tanya," Ini sisi ketidaksamaan kedua.

Ketiga, keragu-raguan. Ragu menjadi titik tolak untuk menemukan kebenaran. Sehingga Descartes menyatakan "Du omnibus dubitandum," yang berarti "Ragukan segala sesuatu,"

Keraguan yang ditindaklanjuti dengan mencari sebab ragu dan menemukan jawaban yang jelas dan benar karena apa yang kita lihat, dengar, dan prasangka dapat saja menipu.

Pada anak-anak keraguan teredam atau sengaja diredam dengan dalih belum sampai pemikiran mereka kepada hal yang ditanyakan itu. Ini sisi ketidaksamaan ketiga.

Illustrated by Pixabay.com
Illustrated by Pixabay.com
Filsafat, Menemukan Kebenaran
Agama, ilmu pengetahuan dan filsafat sama-sama menemukan kebenaran tapi berbeda cara dan alat yang digunakan.

Kebenaran agama merupakan kebenaran yang berasal dari Tuhan. Kebenaran Ilmu pengetahuan hasil dari pengamatan langsung (observasi) dan percobaan (eksperimen). Filsafat menemukan kebenaran dengan berpikir secara mendalam.

Pun berbeda alat. Agama alatnya keyakinan atau keimanan dalam hati. Ilmu pengetahuan alatnya akal plus panca inderawi (empiris). Filsafat alatnya akal.

Walaupun ketiganya berbeda cara dan alat namun saling melengkapi untuk kepentingan dan kebahagiaan manusia.

Cara dan alat penemuan kebenaran filsafat dengan, pertama, berpikir menggunakan akal (rasio). Kedua, berpikir secara mendalam (radikal). Ketiga, berpikir dari segala aspek (komprehensif).

Illustrated by Pixabay.com
Illustrated by Pixabay.com
Filsafat di Tangan Orang Dewasa
Penemuan kebenaran dengan cara berpikir filsafat yang 'serupa tapi tak sama' di usia anak-anak dan ketika memasuki usia dewasa jarang lagi dilakukan.

Semua bahkan sebagian apa yang dikatakan, didengar dan ditonton diterima begitu saja sebagai sebuah kebenaran yang mutlak tanpa menganalisis dan mengkritisi.

Heran, ragu, penasaran, bertanya mulai memudar dan dijauhkan di usia dewasa.  Keseragaman dalam berpikir dan bertindak merupakan kemuliaan. Rutinitas kegiatan buat nyaman.

Gugatan-gugatan tiada lagi terasa tajam dan pemikiran jadi majal. Kemapanan melena buaikan kekritisan justru pada saat ilmu pengetahuan dan informasi dimiliki sebegitu banyak.

Keseragaman berpikir jadi hukum besi. Perbedaan pemikiran dikutuk. Orang-orang yang berani berpikir sendiri dan bebas dianggap asing, tabu dan menyalahi aturan. Kekritisan adalah musuh yang mesti disingkirkan.

JR

Curup

02/08/2020

[Ditulis untuk Kompasiana.com]    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun