Keheranan filosof Thales tentang asal mula alam sebabkan melakukan pencarian bagaimana sesungguhnya alam semesta ini tercipta.
Thales menuntaskan dahaga penasaran dengan pencarian berpikir mengamati air (laut) yang melingkupi Negara Yunani Kuno dan negara lain yang dikunjungi.
Thales pun menemukan kebenaran yaitu "Alam berasal dari air." Dan memunculkan ilmu kosmologi yang merupakan cabang dari ilmu astronomi.
Pada anak-anak rasa heran ini berhenti ketika jawaban telah diterima. Ini sisi ketaksamaan pertama.
Kedua, penasaran. Socrates yang penasaran apa itu 'keadilan', 'kebaikan' dan 'keutamaan.' Penyelesaian penasaran Socrates dengan melakukan dialog kepada orang-orang yang ditemui di pasar dan jalanan.
Umpama, ketika bertemu dengan seorang prajurit maka Socrates bertanya, "Apa itu kebaikan menurut anda?" Begitupun ketika berjumpa dengan pandai besi dan politisi Athena.
Dialog Socrates disebut juga maiueneke tekne. Sebuah upaya menolong seseorang mengeluarkan ide dari dalam pikiran dengan bertanya terus-menerus kepada orang itu.
Sehingga diperoleh sebuah pengertian 'keadilan', 'kebaikan' dan 'keutamaan' menurut orang itu sendiri yang berbeda dengan orang lain. Â
Pada anak-anak penasaran bisa terhenti karena jawaban yang diberikan atau dipaksa tidak bertanya terus menerus dengan kata-kata "Jangan banyak tanya," Ini sisi ketidaksamaan kedua.
Ketiga, keragu-raguan. Ragu menjadi titik tolak untuk menemukan kebenaran. Sehingga Descartes menyatakan "Du omnibus dubitandum," yang berarti "Ragukan segala sesuatu,"
Keraguan yang ditindaklanjuti dengan mencari sebab ragu dan menemukan jawaban yang jelas dan benar karena apa yang kita lihat, dengar, dan prasangka dapat saja menipu.