Ciri Khas Anak-anak
Ketika usia sekolah dasar  dulu ada teka-teki gambar, serupa tapi tak sama disampul buku. Dua buah gambar kelinci yang 'serupa tapi tak sama' dan yang disuruh mencari ketidaksamaan.
Biasanya dituliskan ada  lima ketaksamaan dari gambar itu kemudian akal pikiran dan panca indera bekerja serempak mencari.
Ketika ditemukan ada lega hati terasa. Seperti pernyataan Archimeders "Euraka, Aku menemukan." Â Â
Disamping itu anak-anak sering merasa heran terhadap sesuatu lalu bertanya "Itu apa?" "Ini apa?" Lalu orang dewasa menjawab "Itu adalah..." 'Ini adalah..."
Contoh ketika melihat motor, anak-anak bertanya "Itu apa?" Lalu dijawab "Itu motor" "Mengapa motor bisa berjalan?"
"Karena ada mesin yang menggerakkan dan roda" anak-anak bertanya lagi "Apa itu mesin dan ban?" Lalu dijawab "mesin adalah bla, bla, bla."
Apakah anak-anak puas dengan jawaban itu? Mungkin ada yang puas, mungkin ada yang belum puas.
Heran, penasaran, ragu dan bertanya merupakan ciri khas anak-anak yang 'serupa tapi tak sama' dengan filsafat. Â Â
Ada sisi keserupaan antara anak-anak dan fisafat pun ada sisi ketaksamaan. Tulisan ini coba melihat sisi keserupaan dan ketaksamaan antara filsafat dan anak-anak.
Pertama, keserupaan filsafat dengan anak-anak yaitu rasa heran. Rasa heran jadi sebab munculnya filsafat dan ilmu pengetahuan.