Buku ini merekam kisah-kisah hidup Cak Rusdi mulai dari masa remaja di Situbondo, Jawa Timur. Tempat ia lahir pada 1967 bulan Oktober.
Di Situbondo, Cak Rusdi buat tato pertama kali kemudian dihapus karena bercita-cita jadi tentara.
Tato yang Cak Rusdi kenal saat masih SD dari seorang tetangga bernama Makmun. Makmun sering berlatih tinju dengan bertelanjang dada dan memiliki tato di dada.
Tahun 80-an Cak Rusdi pergi ke Malang. Sebagian menikmati usia sekolah SMA dan sebagian lagi kuliah sambil mencipta kenangan ala anak muda.
Dari Malang merantau ke Jakarta. Nggak sengaja bermula karir jadi seorang wartawan. Profesi yang ia geluti penuh setia sampai maut menjemput di tanggal 2 Maret 2008 kala usia 49 tahun.
Bab 1 dengan judul besar Situbondo-Malang, merekam secara personal kehidupan Cak Rusdi tentang asal usul, keriangan remaja yang masih usia SMA hingga kuliah. Pokoknya segala kenangan kampung halaman.
Bab 2 dengan tema Situbondo-jakarta. Di sin Cak Rusdi mengisahkan tentang keberanian yang nekad untuk melamar seorang gadis yang kemudian jadi istrinya dan bagaimana kehidupan di Jakarta dan membesarkan anaknya.
Bab 3, Jakarta-Jakarta. Wartawan sebagai profesi yang digeluti Cak Rusdi membuat ia mesti mengakrabi panggung politik dan pemerhati sosial dengan mencatat informasi bagi masyarakat. Â
Bab 4, Rusdi. Ia menuliskan tentang diri yang sudah mulai tua dan mengingat kembali jas yang pertama dibeli dan dikenakan saat menikah. Kacamata yang dipakai di usia 40-an karena penglihatan kala membaca mulai kabur.
Bab 5, Nejad Obama dan Bab, 6 Cimol dan Ahimas. Cak Rusdi tidak lagi menjelaskan tentang diri yang remaja, berkuliah, menjadi suami dan bapak namun berkisah tentang sosok-sosok orang lain yang ia ketahui dan temui.
Melalui sosok kisah itu, Cak Rusdi sedang mengisahkan sebuah pelajaran kepada para pembaca dengan strategi menggunakan sosok sebagai jalan masuk ke cerita.